Puji syukur kehadirat Allah S.W.T Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA dan saya masih diberi nikmat akal dan nikmat sehat sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.Dan tak lupa Sholawat dan salam atas junjungan Nabi besar Muhammad S.A.W yang telah membawa kita ke zaman yang berilmu pengetahuan sehingga dapat tersusunlah makalah ini dengan usaha sebaik mungkin.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
Pendahuluan
I.
latar Belakang
Masa pra-aksara adalah masa dimana manusia
belum mengenal tulisan. Maka masa pra-aksara sering dikaitkan sebagai masa
prasejarah. Kehidupan manusia pada masa pra-aksara disebut sebagai kehidupa
manusia purba. Manusia muncul dipermukaan bumi kira-kira 3 juta tahun yang lalu
bersama dengan terjadinya berkali-kali pengesan atau
glasiasi dalam zaman yang disebut kala plestosen.
Manusia
pra aksara adalah manusia yang hidup sebelum tulisan dikenal. Karena belum
ditemukan peninggalan tertulis, maka gambaran mengenai kehidupan manusia purba
dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan berupa fosil, artefak, abris
saus roche, Kejokken Moddinger dan lainnya.
Kehidupan
awal masyarakat pra aksara Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
geografis wilayah Indonesia. Sebelum zaman es atau glasial, wilayah Indonesia
bagian barat menjadi satu dengan daratan Asia dan wilayah Indonesia bagian
timur menjadi satu dengan daratan Australia. Pendapat ini didasarkan pada
persamaan kehidupan flora dan fauna di Asia dan Australia dengan wilayah
Indonesia. Binatang yang hidup di wilayah Indonesia bagian barat memiliki
kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan Asia. Misalnya, gajah, harimau,
banteng, burung, dan sebagainya. Sedangkan binatang yang hidup di wilayah bagian
timur memiliki kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan Australia,
seperti burung Cendrawasih.
Mencairnya
es di kutub utara menyebabkan air laut mengalami kenaikan. Peristiwa ini
mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi terpisah dengan daratan Asia maupun
Australia. Bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian barat dengan Asia
disebut Paparan Sunda. Sedangkan bekas daratan yang menghubungkan Indonesia
bagian timur dengan Australia disebut Paparan Sahul. Ternyata, perubahan-perubahan
itu sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan kehidupan masyarakat pra
aksara Indonesia.
Menurut
para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan. Daerah Yunan
terletak di daratan Asia Tenggara. Tepatnya, di wilayah Myanmar sekarang.
Seorang ahli sejarah yang mengemukakan pendapat ini adalah Moh. Ali. Pendapat
Moh. Ali ini didasarkan pada argumen bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari hulu - hulu sungai besar di Asia dan kedatangannya ke Indonesia
dilakukan secara bergelombang. Gelombang pertama berlangsung dari tahun 3000 SM – 1500 SM dengan
menggunakan perahu bercadik satu. Sedangkan gelombang kedua berlangsung antara
tahun 1500 SM – 500 SM dengan menggunakan perahu bercadik dua. Tampaknya,
pendapat Moh. Ali ini sangat dipengaruhi oleh pendapat Mens bahwa nenek moyang
bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak ke selatan oleh
bangsa - bangsa yang lebih kuat.
Sementara, para ahli yang lain
memiliki pendapat yang beragam dengan berbagai argumen atau alasannya, seperti:
Prof. Dr. H. Kern dengan teori
imigrasi menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Campa,
Kochin Cina, Kamboja. Pendapat ini didasarkan pada kesamaan bahasa yang dipakai
di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanisia, dan Mikronesia. Menurut hasil
penelitiannya, bahasa - bahasa yang digunakan di daerah - daerah tersebut
berasal dari satu akar bahasa yang sama, yaitu bahasa Austronesia. Hal ini
dibuktikan dengan adanya nama dan bahasa yang dipakai daerah - daerah tersebut.
Objek penelitian Kern adalah kesamaan bahasa, namanama binatang dan alat - alat
perang.
Van
Heine Geldern berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari daerah Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak - artefak atau
peninggalan kebudayaan yang ditemukan di Indonesia memiliki banyak kesamaan
dengan peninggalan - peninggalan kebudayaan yang ditemukan di daerah Asia.
Prof. Mohammad Yamin
berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia
sendiri. Pendapat ini didasarkan pada penemuan fosil - fosil dan artefak -
artefak manusia tertua di Indonesia dalam jumlah yang banyak. Di samping itu,
Mohammad Yamin berpegang pada prinsip Blood Und Breden Unchro, yang berarti
darah dan tanah bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Manusia purba
mungkin telah tinggal di Indonesia, sebelum terjadi gelombang perpindahan
bangsa - bangsa dari Yunan dan Campa ke wilayah Indonesia. Persoalannya, apakah
nenek moyang bangsa Indonesia adalah manusia purba?
Hogen berpendapat bangsa yang
mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatera. Bangsa
ini bercampur dengan bangsa Mongol dan kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan
Deutro Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) menyebar ke wilayah Indonesia
pada tahun 3000 SM – 1500 SM. Sedangkan bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda)
menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun 1500 SM – 500 SM.
Berdasarkan
penyelidikan terhadap penggunaan bahasa yang dipakai di berbagai kepulauan,
Kern berkesimpulan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari satu daerah
dan menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa. Namun, sebelum nenek
moyang bangsa Indonesia tiba di daerah kepulauan Indonesai, daerah ini telah
ditempati oleh bangsa berkulit hitam dan berambut keriting. Bangsa - bangsa ini
hingga sekarang menempati daerah - daerah Indonesia bagian timur dan daerah -
daerah Australia.
I.
Perumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang
diatas , saya akan merumuskan masalah berikut.
v
Apa itu zaman pra-aksara ?
v
Apakah manusia purba memiliki jenis ?
v
Apakah manusia purba memiliki kebudayaan dan peralatan untuk digunakan ?
v
Bagaimana sistem kepercayaan manusia purba ?
v
Bagaimana persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia?
II.
Tujuan
Sejalan
dengan perumusan diatas , makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui:
Ø
Definisi zaman pra-aksara
Ø
Ciri – ciri manusia purba
Ø
Kebudayaan manusia purba
Ø
Sistem kepercayaan manusia purba
Ø
Persebaran yang terjadi di Indonesia
BAB II
I.
Pengertian zaman praaksara
Zaman praaksara adalah masa kehidupan
manusia sebelum mengenal tulisan. Praaksara berasal dari dua kata, yaitu pra yang artinya sebelum dan aksara yang berarti tulisan.
Praaksara disebut juga nirleka, nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Batas antara
zaman Praaksara dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini
menimbulkan suatu pengertian bahwa Praaksara adalah zaman sebelum ditemukannya
tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan.
Berakhirnya zaman Praaksara atau
dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari
peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir + tahun 4000 SM
masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga + tahun 4000 bangsa Mesir sudah
memasuki zaman sejarah Gambar berikut: Hubungan zaman praaksara dan zaman
sejarah Sumber informasi zaman praaksaraSumber informasi yang dapat digunakan
untuk mengetahui kehidupan zaman praaksara:
1. Fosil adalah sisa-sisa makhluk
hidup yang telah membatu karena adanya proses kimiawi. Fosil merupakan
peninggalan masa lampau yang sudah tertanam ratusan peninggalan masa lampau
yang sudah tertanam ratusan bahkan ribuan tahun di dalam tanah. Contoh fosil
antara lain fosil manusia, fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan).
2. Artefak yaitu peninggalan masa lampau berupa alat kehidupan/hasil budaya yang
terbuat dari batu, tulang, kayu dan logamGambar artefak dari
batu Pembabakan zaman praaksara
II.
Jenis jenis manusia purba
Kita semua mengenal dalam sejarah bahwa jenis-jenis manusia
purba memiliki banyak suku dan ras. Terlepas dari kontroversi bahwa manusia
berasal dari kera yang dianut dalam teori evolusi, namun 10 jenis manusia purba
di Indonesia berikut ini bisa menjadi bahan referensi bagi kita. Pada masa nya,
bagi seorang peneliti, bila menjadi penemu pertama dalam fosil ataupun bukti
sejarah lainnya adalah merupakan kebanggaan. Mungkin juga terjadi pada masa
sekarang ini.
Secara umum manusia
purba terbagi kedalam 3 kelompok yaitu Meganthropus (Manusia Besar), Pitecanthropus (Manusia Kera Berjalan Tegak)
dan Homo (Manusia Cerdas). Fosil yang
ditemukan tersebut terdapat di beberapa wilayah di Indonesia. Wilayah tersebut
sudah diberikan ketetapan seperti halnya perkembangan
wilayah di indonesia. Jenis jenis manusia purba dan penemunya bisa kita lihat
dalam ulasan seperti dibawah ini yang dikutip dari beberapa sumber.
Namun perlu diingat pula bahwa ulasan ini bukan merupakan
landasan teori ataupun diperuntukkan untuk kepentingan ilmiah, ini hanya
merupakan opini dan pendapat pribadi yang mudah-mudahan memberikan manfaat bagi
kita semua. Macam Nama Manusia Purba Di Indonesia dan Penemunya, sebagai
berikut:
1. Meganthropus Palaeojavanicus
Ditemukan oleh seorang arkeolog dari negeri Belanda
bernama Van Koenigswald. Dia pertama kali menemukan fosil ini di daerah
Sangiran pada tahun 1936. Manusia purba di Indonesia tidak seperti jenis jenis
manusia purba di dunia. Pada era tersebut paling banyak fosil ditemukan dalam
kondisi seperti orang Barat. Maka ketika arkeolog menemukan fosil yang berbeda
dari sebelumnya, membangkitkan gairah ilmiah di kalangan arkeolog untuk lebih
mendalami tentang fosil manusia purba yang ditemukan di indonesia.
Diperkirakan manusia besar ini hidup antara 1 juta dan
2 juta tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dari fosil dengan teknik peluruhan
karbon. Sehingga usia dari fosil tersebut bisa kita ketahui. Dengan adanya
sifat waktu paruh itu, banyak sekali fosil, batuan dan elemen lainnya yang bisa
kita perkirakan umurnya. Bahkan umur Bumi yang kita cintai ini bisa kita
perkirakan dengan waktu paruh dari unsur karbon pada material atau
zat. Meganthropus Palaeojavanicus mempunyai ciri :
·
Memiliki tulang pipi
yang tebal,
·
Memiliki otot rahang
yang kuat,
·
Tidak memiliki dagu,
·
Memiliki tonjolan
belakang yang tajam,
·
Memiliki tulang
kening yang menonjol,
·
Memiliki perawakan
yang tegap,rahang bawah Meganthropus, Sangir memakan tumbuh-tumbuhan, dan hidup
berkelompok dan berpindah-pindah.
2. Pitecanthropus Erectus
Manusia purba ini hidup di wilayah Indonesia
pada 1-2 juta tahun yang lalu. Wilayah Indonesia yang menurut sejarah
arkeologi, pernah beberapa kali mengalami bencana alam Indonesia. Dari
mulai hal yang bersifat mengikat hingga membuat wilayah indonesia terdiri dari
bermacam macam pulau. Doktor dari Belanda bernama Eungene Dubois adalah penemu
pertama manusia disini. Ciri khas dari Pitecanthropus adalah:
·
Berjalan tegak,
tetapi dalam struktur tengkoraknya mirip dengan struktur kera. Maka dikenal
juga dengan manusia kera berjalan tegak.
·
Dengan struktur
tengkorak mirip kera, maka dimungkinkan ukuran otaknya kecil.
·
Menyebabkan tingkat
kecerdasan jenis manusia purba ini hampir sama namun diatas dengan insting
hewan.
·
Pitecanthropus
merupakan bangsa atau kaum pengumpul makanan (Food Gathering).
·
Kehidupan primitif
pada masa itu tidak akan jauh berbeda dengan kehidupan kera di masa modern.
Jenis manusia purba ini sangat di elukan oleh kalangan materialis, karena
merupakan bukti adanya mahluk transisi yang menguatkan teori evolusinya Charles
Darwin.
Memiliki ciri berbadan tegak dan kemungkinan besar
terbesar pula pada masa nya. Dengan ukuran otak yang masih kecil dibanding
mahluk lainnya maka didapatkan hasil yang cukup mengagetkan bahwa dalam keadaan
mengumpulkan makanan dan keperluan bumil, terdapat jejak yang menunjukkan rapat
kelompok, ari air jangheh
3. Pitecanthropus Soloensis
Merupakan jenis-jenis manusia purba yang
berasal dari solo tepatnya area ngandong. Selain dari aspek daratan,
terdapat batas wilayah laut di Indonesia yang bagi negara kita
sangat penting. Hal ini dikemukakan dalam batas laut Indonesia yang sudah
menjadi ketetapan di kalangan internasional. Adapun ciri dari Pitecanthropus
Erectus adalah :
·
Pada tengkorak,
tonjolan keningnya tebal.
·
Hidungnya lebar,
dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol.
·
Tinggi sekitar
165–180 cm.
·
Pemakan tumbuhan dan
daging (pemakan segalanya).
·
Memiliki rahang bawah
yang kuat.
·
Memiliki tulang pipi
yang tebal.
·
Tulang belakang
menonjol dan tajam.
·
Perawakannya tegap,
mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat.
4. Pitecanthropus Mojokertensis
Dalam hal yang dilakukan tanpa perlu mendalami
jenis jenis manusia purba dan gambarnya, kita bisa tahu bahwa Eungene Dubois
berhasil menjadi penemu fosil jenis ini di wilayah Mojokerto, sehingga beliau
menamai fosil penemuannya menjadi sebuah temuan besar abad ini. Penggalian yang
dilakukan di Mojokerto ini mau tidak mau merusak tulang tulang nya. Beberapa
bagian nya menjadi hancur sehingga beberapa detil tidak terselamatkan sempurna.
10 Jenis Jenis Manusia Purba Di Indonesia ini bisa menjadi bahan wawasan buat
pribadi maupun siswa ajar.
ciri
ciri manusia purba di indonesia pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan manusia
modern. Mudah-mudahan berhasil bagi anda yang sedang menambah wawasan dengan
membaca-baca artikel seperti ini. Hal ini perlu ditegaskan kembali bahwa konten
dari manusia purba ini bukan merupakan sumber ilmiah kepustakaan. Lebih baik
bila membutuhkan pustaka tentang manusia purba, jenis jenis manusia purba dan
penjelasannya bisa menjadi solusi permasalahan anda.
5. Homo Floresiensis
Dari awal kita sudah meminjam berbagai tautan
kata dari sumber. Untuk jenis homo ini memiliki kebiasaan dan gaya hidup yang
kurang lebih sama dengan manusia sekarang. Bahkan pada masa itu jenis homo
memiliki kesatuan dalam hal bertindak secara ciri-ciri manusia sebagai makhluk ekonomi. Pada masa tersebut
tidak menggunakan alat-alat canggih, tetapi menggunakan batu sederhana yang
kemudian di hampelas . Kedua, manusia jenis Homo ini sudah sadar akan keberadaan
kita, atau manusia di sekitarnya. Sehingga akan timbul kesamaan ras.
Secara nama mungkin kita sedikit terkecoh, karena
peneliti Belanda tersebut tidak menamakan fosil penemuannya dengan namanya,
tetapi menggunakan nama tempat pada waktu penggalian arkeologisnya. Nama lain
dari Homo mungkin bisa diartikan sebagai suatu kecenderungan seksual antara
sesama laki-laki/ secara umum manusia jenis homo ini memiliki ciri khas :
·
Muka lebar dengan
hidung yang lebar;
·
Mulutnya menonjol;
·
Dahinya juga masih menonjol,
sekalipun tidak seperti jenis Pithecanthropus;
·
Bentuk fisiknya sudah
seperti manusia sekarang;
·
Tingginya 130–210 cm;
·
Berat badan 30–150
kg;
·
Hidupnya sekitar
40.000–25.000 tahun yang lalu
6. Homo Wajakensis
Homo Wajakensis berarti homo yang berasal dari
Wajak. Perselisihan antar kelompok masih menjadi masalah pada masa purba
menjadikan tiap daerah memiliki bentuk fosil yang berbeda-beda pula. Kita hanya
bisa memperkirakan seperti apa kehidupan sosialnya. Namun para ahli telah
meneliti pengaruh letak geografis Indonesia terhadap keadaan alam dan iklim.
Dengan begitu sejauh yang kita perkirakan, kehidupan sosial manusia purba bisa
jadi tidak berbeda dengan keadaan sekarang kecuali dalam hal berkomunikasi.
Di
Wajak inilah, yang bila di gambarkan dekat daerah Tumenggung Jawa Timur, pada
tahun 1889 Eungene Dubois menemukan fosil manusia purba asli Indonesia.
Penemuan ini merupakan penemuan penting, karena seolah menemukan keping puzzle
yang hilang yang membuktikan adanya hubungan manusia dengan kera. Fosil-fosil
manusia purba di Indonesia menjadi jembatan penghubung itu. Seperti dikemukanan
dalam teori Darwin dalam bukunya ‘The Descent Of Man’ (asal usul manusia)
7.
Homo Soloensis
Merupakan jenis manusia purba Homo yang ditemukan
fosilnya di wilayah Solo pulau Jawa. Siapa saja yang meneliti manusia purba di
indonesia? Yang paling terkenal tentunya Eungene Dubois, kemudian Van
Koenigswald, kemudian ada Weidenreich. Berikut keterangan penelitian tentang
manusia purba soloensis:
·
Dan peneliti peneliti
lain yang mungkin catatanya tidak sebanyak peneliti yang disebutkan diatas.
·
Namun tentunya
kontribusi para peneliti tersebut menjadikan khazanah bagi jenis-jenis manusia
purba purba di Asia dan tentunya Dunia.
Sungai bengawan Solo merupakan jantung dari sebuah
kehidupan primitif di masa lampau Indonesia. Banyaknya penemuan di kawasan ini
menunjukkan kecenderungan manusia purba jaman dulu hidup dengan kedekatan pada
sumber air. Belum ditemukannya sistem irigasi, seolah memaksa manusia
purba untuk tidak jauh dalam memberikan intervensi. Dengan mempunyai tempat
tinggal dekat sungai, memberikan keuntungan bagi manusia purba
8. Pitecanthropus Robustus
Adalah
jenis Pitecanthropus yang memiliki rahang besar. Dengan adanya rahang besar
tersebut, menurut peneliti jenis manusia purba ini memiliki kegemaran memakan
tumbuhan. Kegunaan rahang yang besar adalah agar dalam mengunyah tumbuhan
menjadi lebih mudah dan lebih cepat, sehingga bangsa ini lebih senang bila
hidup sendiri. Berikut bentuk rupa dari manusia purba pitechanthropus robustus:
·
Bentuk rahang yang
besar itu pula menunjukkan bahwa cakupan dari kapasitas mulut Pitecanthropus
Erectus lebih besar dari manusia masa sekarang.
·
Kapasitas mulut
tersebut memungkinkan manusia jenis ini memberikan jati dirinya. Diketahui
bahwa manusia purba pada zaman itu
·
Bisa diartikan bahwa
jenis manusia purba homo ini adalah kondisi alamiah jenis manusia Indonesia
pada jaman sekarang. Yang membedakan tentunya waktu hidup dan cara
berkomunikasi dalam interaksi sosial pada masa itu. Termasuk penggunaan alat
bantu.
Manusia purba jenis ini sudah mulai mengedepankan akal
dibanding insting. Dibuktikan dengan banyaknya peninggalan berupa batu, kapak
batu, dan perkakas lainnya yang dipergunakan untuk menunjang dalam kehidupan
sehari-harinya. Selain itu, juga pada titik titik temuan arkeologis,
manusia purba jenis Homo ini tidak terlalu dekat dengan sungai, yang menandakan
bahwa manusia purba jenis ini membuat sebuah tempat tinggal atau kawasan tempat
tinggal yang nyaman meskipun tidak dekat sekali dengan sumber air. Yang pada
masa itu adalah sungai
9. Pitecanthropus Dubuis
Bila
diartikan, jenis manusia kera berjalan tegak ini adalah jenis yang meragukan.
Fosilnya ditemukan di Sangiran namun secara struktur tulang dan tengkoraknya
tidak mutlak masuk dalam ciri meganthropus maupun
pitecanthropus. Sumbangsih peneliti dari Belanda ini merupakan penemuan
penting. Meskipun bagi rakyat Indonesia ekspedisi dan penggalian arkeologis tak
ubahnya dengan pemaksaan dan penjajahan hak.
Bangsa kita yang dipaksa dan dipekerjakan sebagai
tenaga penggali. Menurut catatan sejarah, banyak korban dari bangsa kita yang
berjatuhan, namun dengan rapinya dan lihai, para peneliti Belanda dibantu
dengan pemerintahan kolonial, berhasil membawa propaganda berupa penemuan fosil
manusia purba ini, sehingga sistem kerja paksa dalam penggalian itu tidak
begitu diangkat di hadapan publik. Dikarenakan banyak sekali temuan di
daerah sungai Bengawan Solo, peneliti membagi lapisan tanah di daerah itu
menjadi 3 lapisan yaitu :
·
Lapisan Jetis, dimana
Pitecanthropus Robustus ditemukan atau kita kenal juga dengan nama lapisan
pleistosen bawah
·
Lapisan Trinil,
dimana ditemukan Pitecanthropus Erectus. Lapisan ini kita kenal juga dengan
nama lapisan pleistosen tengah.
·
Lapisan Ngandong,
dimana Pitecanthropus Soloensis ditemukan. Dikenal juga dengan nama lapisan
pleistosen atas.
Dengan karakteristik seperti itu, Meganthropus
memiliki fisik yang kuat dan tegap. Dengan melimpahnya tumbuhan yang merupakan
makanan utamanya. Diperkirakan oleh peneliti, Meganthropus hidup berkelompok
dan cenderung menetap. Perubahan
kehidupan sosial dan budaya tersebut memang
tidak seperti kehidupan di zaman sekarang. Namun dengan penelitian yang intens
dan benar, kehidupan sosial manusia purba bisa kita perkirakan.
Apalagi dukungan yang begitu banyak dan berpengaruh
kepada Belanda, menyebabkan bangsa Indonesia sangat kesulitan dalam mewujudkan
cita-cita kemerdekaan. Penyelesaian
konflik antara Indonesia dan Belanda,
tidak hanya melibatkan kedua negara tersebut, tetapi juga melibatkan
negara-negara lain.
10. Homo Sapiens
Bisa
diartikan sebagai manusia cerdas. Berasal dari zaman holosen. Bentuk tubuh Homo
Sapiens sudah menyerupai dengan bentuk orang Indonesia sekarang. Pada masa itu,
golongan manusia ini sudah memiliki strukur organisasi dan pembagian tugas.
Berdasarkan penelitian tersebut, tidak hanya bentuk fisik dari manusia purba,
tetapi kehidupan sosialnya juga bisa kita kaji. Tentunya dengan penelitian yang
intens dan dalam jangka waktu lama.
Homo Sapiens mereferensikan bahwa manusia adalah
mahluk yang memiliki kelebihan dalam hal akal. Dengan mempelajari tentang Homo
Sapiens, kehidupan kita bisa bertambah dalam khazanah dan pengalaman dengan
produk tertentu. Jenis manusia purba ini memiliki ciri sebagai berikut :
1.
Volume otaknya antara
1.000 cc – 1.200 cc;
2.
Tinggi badan antara
130 – 210 m;
3.
Otot tengkuk
mengalami penyusutan;
4.
Alat kunyah dan gigi
mengalami penyusutan;
5.
Muka tidak menonjol
ke depan;
6.
Berdiri dan berjalan
tegak,
7.
Berdagu dan tulang
rahangnya biasa, tidak sangat kuat.
Dengan melihat spesifikasi diatas, maka bisa kita
ketahui bahwa jenis Homo Sapiens sudah menggunakan akalnya. Meskipun dalam hal
sederhana, tetapi jenis ini sudah memiliki karakteristik berburu. Tidak hanya
mengumpulkan makanan seperti halnya jenis lain. Homo sapiens juga
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mempunyai banya ragam dan budaya serta ras.
Dengan mentahnya teori evolusi pada masa sekarang ini, muncul asumsi bahwa
‘manusia kera’ adalah jenis manusia juga tetapi berbeda ras. Seperti halnya ras
Asia, Afrika dan Eropa. Bahkan dengan sesama bangsa Asia pun memiliki
keanekaragaman ras dan budaya. Secara telusur, menurut peneliti bahwa
didapatkan leluhur manusia seperti ini :
·
Ras Mongoloid,
berciri kulit kuning, mata sipit, rambut lurus.
·
Ras Mongoloid ini
menyebar ke Asia Timur, yakni Jepang, Cina, Korea, dan Asia Tenggara.
·
Ras Kaukasoid,
merupakan ras yang berkulit putih, tinggi, rambut lurus, dan hidung mancung.
Ras ini penyebarannya ke Eropa, ada yang ke India Utara (ras Arya), ada yang ke
Yahudi (ras Semit), dan ada yang menyebar ke Arab, Turki, dan daerah Asia Barat
lainnya.
·
Ras Negroid, memiliki
ciri kulit hitam, rambut keriting, bibir tebal. Penyebaran ras ini ke Australia
(ras Aborigin), ke Papua (ras Papua sebagai penduduk asli), dan ke Afrika.
III.
Perkembangan corak
dalam kehidupan dan peralatan yang digunakan manusia purba
A. Kehidupan Manusia Pada Masa
Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Masa berburu dan mengumpulkan makanan merupakan tahap awal
kehidupan manusia.Pada masa ini manusia menghabiskan 90 % waktu hidupnya dengan
berburu dan mengumpulkan makanan.
B. Kehidupan Manusia Pada Masa
Bercocok Tanam dan Beternak
Manusia purba Indonesia
sudah memasuki masa bercocok tanam sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi. Terbukti
dengan adanya penemuan gambar tanaman padi di Gua Ulu (Leang) Sulawesi Selatan.
Menurut ahli arkeologi Indonesia, Prof. Dr. R. Soekmono, perubahan
dari food gathering ke food producing merupakan satu
revolusi dalam perkembangan zaman praaksara Indonesia. Disebut revolusi karena
terjadi perubahan yang cukup mendasar dari tradisi mengumpulkan makanan dan
berburu menjadi bercocok tanam. Oleh karena itu, zaman bercocok tanam dianggap
sebagai dasar peradaban Indonesia sekarang.
Manusia purba pada masa
bercocok tanam menciptakan alat-alat sederhana untuk menunjang kegiatan
bercocok tanam, teknik pembuatannnya lebih maju, kapak itu bentuknya sudah
halus, diupam (diasah), seperti kapak persegi atau beliung persegi. Terbuat
dari batu berbentuk persegi, gunanya untuk menggarap ladang. Adanya juga Kapak
Lonjong, terbuat dari batu kali yang berwarna kehitam-hitaman. Umumnya jenis
kapak ini digunakan sebagai pacul atau sebagai kapak biasa. Dua jenis kapak ini
banyak ditemukan di Indonesia.Tradisi bercocok tanam berlangsung hingga zaman
logam dan zaman megalithikum dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia.
C. Kehidupan Manusia Pada Masa
Perundagian
Pada masa perundagian semakin lama, pola bercocok
tanam dan beternak semakin berkembang. Terdorong oleh pergeseran kebutuhan dari
semula menanam umbi-umbian menjadi menanam padi, manusia lantas membuat
perkakas yang semakin efektif dan efisien. Masa perundagian ditandai dengan
adanya kemunculan golongan undagi . Golongan ini terdiri atas orang-orang yang
ahli dalam bidang bidang tertentu seperti membuat rumah, peleburan logam,
membuat gerabah, dan perhiasan.
D. Kehidupan Manusia Pada Masa
Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Masa berburu dan mengumpulkan makanan merupakan tahap awal
kehidupan manusia.Pada masa ini manusia menghabiskan 90 % waktu hidupnya dengan
berburu dan mengumpulkan makanan.
E. Kehidupan Manusia Pada Masa
Bercocok Tanam dan Beternak
Manusia purba Indonesia
sudah memasuki masa bercocok tanam sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi. Terbukti
dengan adanya penemuan gambar tanaman padi di Gua Ulu (Leang) Sulawesi Selatan.
Menurut ahli arkeologi Indonesia, Prof. Dr. R. Soekmono, perubahan
dari food gathering ke food producing merupakan satu
revolusi dalam perkembangan zaman praaksara Indonesia. Disebut revolusi karena terjadi
perubahan yang cukup mendasar dari tradisi mengumpulkan makanan dan berburu
menjadi bercocok tanam. Oleh karena itu, zaman bercocok tanam dianggap sebagai
dasar peradaban Indonesia sekarang.
Manusia purba pada masa
bercocok tanam menciptakan alat-alat sederhana untuk menunjang kegiatan
bercocok tanam, teknik pembuatannnya lebih maju, kapak itu bentuknya sudah
halus, diupam (diasah), seperti kapak persegi atau beliung persegi. Terbuat
dari batu berbentuk persegi, gunanya untuk menggarap ladang. Adanya juga Kapak
Lonjong, terbuat dari batu kali yang berwarna kehitam-hitaman. Umumnya jenis
kapak ini digunakan sebagai pacul atau sebagai kapak biasa. Dua jenis kapak ini
banyak ditemukan di Indonesia.Tradisi bercocok tanam berlangsung hingga zaman
logam dan zaman megalithikum dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia.
F. Kehidupan Manusia Pada Masa
Perundagian
Pada masa perundagian semakin lama, pola bercocok
tanam dan beternak semakin berkembang. Terdorong oleh pergeseran kebutuhan dari
semula menanam umbi-umbian menjadi menanam padi, manusia lantas membuat
perkakas yang semakin efektif dan efisien. Masa perundagian ditandai dengan
adanya kemunculan golongan undagi . Golongan ini terdiri atas orang-orang yang
ahli dalam bidang bidang tertentu seperti membuat rumah, peleburan logam, membuat
gerabah, dan perhiasan.
IV.
Peralatan
Manusia Purba Zaman Praaksara
Kehidupan pra-aksara di Indonesia dapat pula
dilacak melalui penemuan perkakas / alat yang digunakan oleh manusia pada masa
lalu tersebut. Di Indonesia, hingga kini masih sering ditemukan
perkakas-perkakas yang diperkirakan pernah digunakan oleh manusia purba.
Berikut ini beberapa jenis alat yang digunakan manusia purba dari masa
praaksara yang pernah ditemukan di Indonesia.
a.
Kapak Genggam
Kapak genggam diperkirakan merupakan alat yang
digunakan oleh manusia jenis Pithecanthropus untuk berburu. Struktur dan bentuk
alat ini masih sangat sederhana dan bagian yang tajam hanya terdapat di satu
sisi saja. Kapak ini digunakan dengan cara digenggam. Alat ini pernah ditemukan
di Trunyan (Bali), Awangbangkal (Kalimantan Selatan), dan Kalianda (Lampung).
b. Alat Serpih
Alat ini digunakan oleh manusia purba untuk
menusuk, memotong dan melubangi kulit binatang. Alat ini terbuat dari batu.
Diperkirakan, alat ini merupakan serpihanserpihan dari batu yang dibuat sebagai
kapak genggam. Alat ini pernah ditemukan di Sangiran dan Gombong (Jawa Tengah),
serta Cabbenge (Flores).
c. Kapak Persegi
Kapak persegi merupakan alat yang terbuat dari
batu dan digunakan oleh manusia untuk mencangkul, memahat, dan berburu. Alat
ini terbuat dari batu berbentuk segi empat yang kedua sisinya diasah halus.
Pada salah satu sisi pangkal, ada bagian berlubang untuk tangkai. Sementara
pangkal lainnya adalah bagian yang tajam. Alat ini banyak ditemukan di berbagai
tempat di Indonesia, mulai dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.
d. Kapak Lonjong
Kapak lonjong merupakan kapak yang bentuknya
lonjong. Pangkal kapak tersebut lebar dan tajam, sedang ujungnya runcing dan
diikatkan pada gagang. Alat ini terbuat dari batu yang telah diasah hingga
halus. Kapak lonjong pernah ditemukan di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
e. Menhir
Menhir merupakan tugu batu yang tinggi.
Diperkirakan menhir digunakan sebagai tempat pemujaan oleh manusia prasejarah.
f. Dolmen
Dolmen adalah meja yang terbuat dari batu,
diperkirakan digunakan sebagai tempat menyimpan sesaji untuk sesembahan manusia
prasejarah.
g. Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti mati yang terbuat dari
batu.
h. Arca
Arca adalah batu yang dibentuk hingga menyerupai
makhluk hidup tertentu.
i. Bejana Perunggu
Bejana perunggu adalah benda yang terbuat dari
perunggu. Bentuknya mirip dengan gitar spanyol tanpa gagang. Alat ini hanya
ditemukan di dua tempat yaitu di Madura dan Sumatra.
j. Kapak Corong
Kapak corong adalah kapak yang terbuat dari
perunggu dan bentuk bagian atas mirip dengan corong. Alat ini pernah ditemukan
di Jawa, Bali, Sulawesi, dan Papua.
V.
Sistem
kepercayaan Manusia Purba Masa perundagian
Pada masa perundagian
memiliki sistem kepercayaan yang tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya.
Praktek kepercayaan yang mereka lakukan masih berupa pemujaan terhadap leluhur.
Hal yang membedakannya adalah alat yang digunakan untuk praktek kepercayaan.
Pada masa perundagian, benda-benda yang digunakan untuk praktek kepercayaan
biasanya terbuat dari bahan perunggu. Sistem kepercayaan yang dilakukan oleh
manusia pada zaman perundagian masih memelihara hubungan dengan orang yang
meninggal. Pada masa ini, praktek penguburan menunjukkan stratifikasi sosial
antara orang yang terpandang dengan rakyat biasa. Kuburan orang-orang
terpandang selalu dibekali dengan barang-barang yang mewah dan upacara yang
dilakukan dengan cara diarak oleh orang banyak. Sebaliknya, apabila yang
meninggal orang biasa, upacaranya sederhana dan kuburan mereka tanpa dibekali
dengan barang-barang mewah.
Upacara sebagai bentuk ritual kepercayaan
mengalami perkembangan. Mereka melakukan upacara tidak hanya berkaitan dengan
leluhur, akan tetapi berkaitan dengan mata pencaharian hidup yang mereka
lakukan. Misalnya ada upacara khusus yang dilakukan oleh masyarakat pantai
khususnya para nelayan. Upacara yang dilakukan oleh masyarakat pantai ini,
yaitu penyembahan kekuatan yang dianggap sebagai penguasa pantai. Penguasa
inilah yang mereka anggap memberikan kemakmuran kehidupannya. Sedang di daerah
pedalaman atau pertanian ada upacara persembahan kepada kekuatan yang dianggap
sebagai pemberi berkah terhadap hasil pertanian.
Kepercayaan masyarakat pada masa perundagian
merupakan kelanjutan dari masa bercocok tanam. Kepercayan berkembang sesuai
dengan pola pikir manusia yang merasa dirinya memiliki keterbatasan
dibandingkan dengan yang lainnya. Anggapan seperti ini memunculkan jenis
kepercayaan: animisme dan dinamisme.
1)
Animisme
Dalam kepercayaan animisme, manusia mempunyai
anggapan bahwa suatu benda memiliki kekuatan supranatural dalam bentuk roh. Roh
ini bisa dipanggil dan diminta pertolongan pada saat diperlukan. Mereka percaya
akan hal-hal yang gaib atau kekuatan hebat. Kepercayaan terhadap bermacam-macam
roh dan makhluk halus yang menempati suatu tempat memunculkan kegiatan menghormati
atau memuja roh tersebut dengan cara berdoa dengan mantera dan memberi sesajen
atau persembahan.
2)
Dinamisme
Kepercayaan dinamisme ini perpanjangan dari
animisme. Roh atau makhluk halus yang diyakini berasal dari jiwa manusia yang
meninggal, kemudian mendiami berbagai tempat, misalnya hutan belantara, lautan
luas, gua-gua, sumur dalam, sumber mata air, persimpangan jalan, pohon besar,
batu-batu besar, dan lain-lain. Timbullah kepercayaan terhadap adanya kekuatan
gaib yang dapat menambah kekuatan seseorang yang masih hidup. Kekuatan yang
timbul dari alam semesta inilah yang menimbulkan kepercayaan dinamisme (dinamis
berarti bergerak). Manusia purba percaya bahwa, misalnya, pada batu akik,
tombak, keris, belati, anak panah, bersemayam kekuatan halus, sehingga
alat-alat tersebut harus dirawat, diberi sesajen, dimandikan dengan air
kembang.
Di kemudian hari, kepercayaan-kepercayaan
animisme dan dinamisme mendorong manusia menemukan kekuatan yang lebih besar
dari sekadar kekuatan roh dan makhluk halus dan alam. Masyarakat lambat laun,
dari generasi ke generasi, meyakini bahwa ada kekuatan tunggal yang mendominasi
kehidupan pribadi mereka maupun kehidupan alam semesta. Kekuatan gaib tersebut
diyakini memiliki keteraturan sendiri yang tak dapat diganggu-gugat, yakni
hukum alam. Kepercayaan terhadap “Kekuatan Tunggal” ini lantas dihayati sebagai
kekayaan batin spiritual sekaligus kekayaan kebudayaan. Kepercayaan animisme
dan dinamisme ini kemudian berkembang dan menyatu dengan kebudayaan
Hindu-Buddha dan kemudian Islam.
Benda-benda
peninggalan zaman perundagian.
1). Bahan Perunggu
Pada zaman perunggu atau yang disebut juga
dengan kebudayaan Dongson-Tonkin Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah
dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga
diperoleh logam yang lebih keras.
Alat-alat
perunggu pada zaman ini antara lain :
a. Nekara
Nekara adalah gendering perunggu dengan
membran satu. Berdasarkan hiasan yang terdapat dalam beberapa nekara, benda ini
diduga digunakan untuk memanggil roh para leluhur untuk turun ke dunia dan
member berkah dan memanggil hujan. Nekara ini ditemukan di Pejeng dan Bebrita
(Bali), Sumatera, NTT, Weleri, (Jawa Tengah), serta Banten.
b. Kapak Corong
Disebut kapak corong karena kapak dari
perunggu ini bentuknya seperti corong. Kapak ini disebut juga kapak
sepatu (karena berbentuk seperti sepatu). Fungsinya sama seperti kapak
sebelumnya . kapak ini ditemukan di pulau Sumatera, Jawa, Bali, Dan Papua.
c. Arca Perunggu
Arca-arca berupa manusia dan binatang salah
satunya ditemukan di Bangkinang (Riau).
d. Bejana Perunggu
Bejana Perunggu Berbentuk kepis (wadah ikan
pada pemancing). Barang ini telah ditemukan salah satunya di Kerinci (Jambi).
e. Perhiasan
Manusia pada perundagian sudah memiliki
apresiasi yang cukup terhadap seni. Hal ini dibuktikan ditemukannya berbagai
hiasan. Hiasan yang ditemukan berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin,
kalung, dan bandul kalung. Bendabenda tersebut ada yang diberi pola hias dan
ada yang tidak. Benda yang diberi pola hias seperti cincin atau gelang yang
diberi pola hias geometrik. Ditemukan pula cicin yang berfungsi bukan untuk
perhiasan, tetapi sebagai alat tukar. Cincin yang seperti ini ukurannya sangat
kecil bahkan tidak bisa dimasukkan ke dalam jari anak. Tempat-tempat
ditemukannya benda-benda tersebut antara lain Bogor, Malang, dan Bali.
Perhiasan-perhiasan lainnya yang ditemukan
pada masa perundagian yaitu manik-manik. Pada masa prasejarah manik-manik
banyak digunakan untuk upacara, bekal orang yang meninggal (disimpan dalam
kuburan), dan alat tukar. Pada masa perundagian, bentuk manik-manik mengalami
perkembangan.
Pada zaman prasejarah lebih banyak terbuat
dari batu, sedangkan pada masa ini sudah dibuat dari kulit kerang, batu akik,
kaca, dan tanah-tanah yang dibakar. Manik-manik memiliki bentuk yang beragam,
ada yang berbentuk silindris, bulat, segi enam, oval, dan sebagainya. Di
Indonesia beberapa daerah yang merupakan tempat ditemukannya manik-manik antara
lain Bogor, Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, dan Besuki.
1) Perunggu
Pada masa perundagian dihasilkan pula
arca-arca yang terbuat dari logam perunggu. Dalam pembuatan arca ini dilakukan
pula dengan menuangkan cairan logam. Patung yang dibuat berbentuk beragam, ada
yang berbentuk manusia dan binatang. Posisi manusia dalam bentuk arca itu ada
yang sedang menari, berdiri, naik kuda dan sedang memegang panah. Arca binatang
itu ada yang berupa arca kerbau yang sedang berbaring, kuda sedang berdiri, dan
kuda dengan pelana. Tempat ditemukan arca-arca tersebut yaitu di Bangkinang
(Provinsi Riau), Lumajang, Palembang, dan Bogor.
2) Bahan Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat
melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang
diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga
maupun perunggusebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi,
yaitu ±3500 °C.
Alat-alat
besi yang dihasilkan antara lain:
- Mata
kapak bertungkai kayu
- Mata
pisau
- Mata
sabit
- Mata
Pedang
VI.
PERSEBARAN NENEK MOYANG
BANGSA INDONESIA
1. Rumpun Bahasa Melayu Austronesia
Bahasa yang tersebar di Indonesia termasuk
rumpun bahasa Melayu Austronesia. Rumpun bahasa ini meliputi wilayah yang luas:
dari Madagaskar di Afrika sampai ke Melanesia dan Polinesia di Samudera
Pasifik, lalu dan Taiwan sampai ke Indonesia. Penggunaan bahasa Melayu
Austronesia di wilayah yang luas itu erat kaitannya dengan persebaran penduduk
yang menggunakan bahasa tersebut. Para pakar sejarah berpendapat bahwa bahasa
Melayu Austronesia berasal dari Taiwan. Sekitar 5000 SM, masyarakat di
Taiwan menggunakan bahasa yang disebut Proto Austronesia (Austronesia kuno).
Masyarakat di tempat itu telah mengenal cocok tanam dan beternak.
Masyarakat itu kemudian menyebar ke sebelah selatan Cina, Vietnam, Semenanjung
Malaya, lalu ke Indonesia. Ada juga yang mengarungi laut menuju Filipina terus
ke arah kepulauan di Indonesia dan Samudera Pasifik.
2. Masyarakat Tani di Yunan
Peralihan dan kebudayaan berburu dan
mengumpulkan makanan pada kebudayaan bercocok tanam merupakan
perubahan amat besar. Perubahan itu tidak mungkin dilakukan oleh penduduk asli
Indon esia yang sudah terbiasa dengan kehidupan berburu dan mengumpulkan
makanan. Para pakar sejarah menyimpulkan bahwa kebudayaan bercocok tanam
diperkenalkan oleh masyarakat pendatang. Mereka ini sudah terbiasa dengan
bercocok tanam dan beternak di tempat asalnya. Kebiasaan itu mereka terapkan di
tempat baru di
Indonesia. Pendatang inilah yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia.
Nenek moyang bangsa Indonesia ternyata berasal dan luar
Indonesia, yaitu dan daerah Yunan, di sebelah selatan Cina (sekarang RRC).
Kesimpulan tersebut dibuktikan oleh kesamaan artefak prasejarah yang ditemukan
di wilayah itu dengan artefak prasejarah di Indonesia. Dari artefak yang
ditemukan di Yunan, tampak bahwa sekitar 3000 SM, masyarakat di wilayah itu
telah mengenal cocok tanam.
Kemudian, masyarakat Yunan melakukan migrasi
ke daerah sekitar Teluk Tonkin, sebelah utara Vietnam. Di tempat itu mereka
mengembangkan kebudayaan bercocok tanam. Dari tempat itu, mereka
melakukan migrasi ke Kepulauan Indonesia. Migrasi dilakukan secara
bergelombang. Gelombang yang satu dengan yang berikut bejarak waktu lebih dan
1000 tahun.
a. Kedatangan Nenek Moyang
Bangsa Indonesia
Menurut pakar sejarah, setelah kepunahan
manusia jenis Meganthropus, Pithecantropus, dan Homo, Kepulauan Indonesia
dihuni oleh manusia dan ras Austromelanosoid. Belum dapat dipastikan apakah
mereka penduduk asli atau pendatang. Berdasarkan keserupaan artefak
mesolithikum yang digunakan dengan artefak di Bacson-Hoabinh, dapat
diperkirakan bahwa mereka berasal dan Teluk Tonldn. (Bacson Hoabinh terletak
di Teluk Tonkin).
1.
KedatanganProto-Melayu
Sekitar 2000 SM, penduduk dan ras Melayu Austronesia dan Teluk Tonkin
bermigrasi ke Kepulauan Indonesia. Mereka biasa disebut Proto melayu atau Melayu
Tua. Kedatangan mereka itu mendesak penduduk dan ras Austromelaneoid ke
pedalaman, bahkan ke Indonesia bagian timur. Penduduk ras itu menjadi nenek
moyang menduduk Papua sekarang.
2.
Kedatangan Deutero-Melayu
Sekitar 500 SM, datang lagi
gelombang migrasi penduduk dan ras Melayu Austronesia dan Teluk Tonkin ke
Kepulauan Indonesia. Mereka biasa disebut Deutero-Melayu atau Melayu Muda.
Kedatangan mereka mendesak penduduk keturunan Proto-Melayu yang telah lebih
dahulu menetap. Memasuki Kepulauan Indonesia, masyarakat Deuto-Melayu menyebar
ke sepanjang pesisir. Ada juga di antara mereka yang masuk ke pedalaman.
Keturunan Deutero-Melayu antara lain masyarakat Minang, Jawa, dan Bugis.
Masyarakat Deutero-Melayu membawa kebudayaan perunggu, yang dikenal dengan sebutan
Kebudayaan Dong Son. Donon son adalah tempat di Teluk Tonkin tempat asal
kebudayaan perunggu di Asia Tenggara. Artefak perunggu yang ditemukan di
Indonesia serupa dengan artefak perunggu dan Dong Son.
BAB III
Penutup
a. Kesimpulan
Kemampuan berpikir manusia
untuk mempertahankan kehidupannya mulai berkembang. Mereka tidak lagi
berpindah-pindah tempat untuk mencari hewan-hewan buruan, tetapi sebaliknya
mereka mulai menetap dan mengolah tanah disekitarnya untuk ditanami dengan
berbagai jenis tanaman yang dapat mereka makan. Selain itu, mereka mulai
menjinakan hewan-hewan yang dapat membantu kebutuhan hidupnya seperti
kuda, kerbau, babi, sapi, anjing dan sebagiannya. Dari pola bercocok tanam ini
manusia sudah dapat menguasai alam lingkunagn serta isinya.
Terlepas dari mana asal
usul nenek moyang bangsa Indonesia dan kapan mereka mulai tinggal di wilayah
Indonesia, kita harus percaya bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah ribuan
tahun sebelum masehi telah hidup di wilayah Indonesia. Kehidupan mereka
mengalami perkembangan yang teratur seperti bangsa - bangsa di belahan dunia
lain.
Kehidupan sosial,
masyarakat semi nomaden setingkat lebih baik dari pada masyarakat nomaden.
Jumlah anggota kelompok semakin bertambah besar dan tidak hanya terbatas pada
keluarga tertentu. Kenyataan ini menunjukkan bahwa rasa kebersamaan di antara
mereka mulai dikembangkan. Rasa kebersamaan ini sangat penting dalam
mengembangkan kehidupan yang harmonis, tenang, aman, tentram, dan damai. Nilai
- nilai kehidupan, seperti gotong royong, saling membantu, saling mencintai
sesama manusia, saling menghargai dan menghormati telah berkembang pada
masyarakat pra aksara.
Setelah Disusunnya Makalah
ini dapat disimpulkan :
1.
Zaman pra aksara di Indonesia berdasarkan ciri kehidupan masyarakat, dibagi
dalam empat babak, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
sederhana, masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, .masa bercocok
tanam, dan masa perundagian.
2.
Perubahan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut ke masa
bercocok tanam, memakan waktu yang sangat panjang
B.saran
Setelah mempelajari kehidupan manusia
praaksara dan setelah Saya menyusun makalah ini Saya memberi saran :
1.Kita haru bersyukur karena kita tidak perlu
bersusah susah keras lagi untuk mencari makanan kini kita tinggal membeli apa
yang kita inginkan
2.Kita mempunyai rumah jika ingin tinggal
3.masa kita sekarang adalah masa yang modren
tentunya perlu disyukuri dan dinikmati sesuai kebutuhan
4.Jangan
lupa bersyukur selalu kepada tuhan yang menciptakan langit dan bumi
DAFTAR PUSTAKA
http://herydotus.wordpress.com/2011/12/26/perkembangan-rekaman-tertulis/
http://muchlis-7a.blogspot.com/2012/01/manusia-pra-aksara.html
http://pelajargenerasiindonesiaku.blogspot.co.id/2015/06/makalah-perkembangan-teknologi-pada.html
http://temukan-jawaban.blogspot.co.id/2016/05/peralatan-manusia-purba-zaman-praaksara.html
Soekmono.R.1981.Pengantar Sejarah
Kebudayaan Indonesia I.Yogjakarta:
Kanisius(anggota
IKAPI)
Djoened, Marwati
Poesponegoro, Nugroho Notosusanto.1993.Sejarah Nasional Indonesia I.
Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
http://haristepanus.files.wordpress.com/2010/08/hasil-kebudayaan-masa-praaksara.pdf
Supriatna,
Ratna, Sejarah kelas X Sekolah Menengah Atas, jilid II oleh Grafindo Media
Pratama. Jakarta
Drs.Prawoto,M.Pd,
seri IPS Sejarah; 2007, oleh Yudhistira, Jakarta.
Comments
Post a Comment