Skip to main content

MAKALAH HINDU DAN BUDDHA DI INDONESIA

 


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami ucapkan syukur atas kehadiat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas berupa makalah mengenai “Sejarah Hindu dan Buddha di Indonesia” dengan waktu yang tepat. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat bagi alam semesta. Semoga kita mendapatkan syafa’at di akhirat kelak. Aamiin.  Penulisan makalah ini bermaksud untuk menambah wawasan kita mengenai stuktur penelitian dan penulisan Ilmiah.

Penyusunan makalah ini sudah kamu lakukan dengan semaksimal mungkin, dan kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dan mengambil sumber dari berbagai buku sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerjasama dalam pembuatan makalah. Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan masukan berupa kritikan, nasehat dan saran yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Akhir kata kami berharap mudah-mudahan tujuan penulisan makalah ini dapat tercapai dan bermanfaat bagi kita semua. 

 

                       

 

                                    Penyusun




BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Agama Hindu Buddha merupakan satu rumpun agama dan berasal dari daerah yang sama, yaitu India. Sehingga memiliki corak, budaya serta ritual keagamaan yang terkandung dalam kedua agama ini memiliki beberapa persamaan, diantaranya ialah menjadi agama tertua di Indonesia. Namun  meskipun memiliki beberapa kesamaan kedua tetaplah berbeda karena keduanya adalah dua agama  yang  berbeda  dan  berdiri  masing-masing dengan  pandangan  serta  ajaran teologinya  sendiri. Hindu  dan Buddha bukanlah  merupakan  sekte  atau  aliran  dari satu  agama  yang  sama  meskipun  pada  dasarnya  agama Buddha muncul  sebagai reaksi  terhadap  ajaran  agama Hindu,  namun  agama Buddha nampaknya  hanya menyerap sebagian dan kemudian mengembangkannya menjadi ajarannya sendiri yang   berbeda   dengan   agama Hindu.   Hal   ini   mungkin   karena   baik   saat kemunculannya  maupun  saat  agama  Buddha  berkembang,  ajaran  agama Buddha banyak menerima pengaruh dari luar seperti ajaran filsafat, budaya, perkembangan serta  kemajuan  masyarakat,  perubahan  dalam  pola  berfikir  dalam  memahami berbagai  fenomena  dimasyarakat  dan  banyak  lagi  faktor  lainnya  sehingga  agama Buddha menjadi  sosoknya  sendiri  yang  berbeda  dari Hindu yang  merupakan  akar atau cikal bakal lahirnya agama ini. Sehingga keduanya baik agama Hindu maupun Buddha memiliki  beberapa  perbedaan  yang  cukup  besar.

Periode Hindu-Buddha bahkan dijadikan masa tersendiri dalam kajian Sejarah Indonesia. Hal ini karena sumbangan dari periode ini sangat lah besar terhadap perjalanan Sejarah Indonesia. Misalnya mengenai pembentukan kebudayaan, konsep kepercayaan monotheis, dan lain-lain. Walaupun begitu, tidak semua sejarawan yang menulis tentang Sejarah Indonesia menceritakan masa ini secara rinci. Hal ini tak terlepas dari teori-teori mengenai proses masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia yang masih menjadi kontroversial. Para sejarawan juga masih memperdebatkan mengenai waktu yang tepat ‘kapan’ periode Hindu-Budha ini muncul dan musnah, karena bukti sejarah terkait proses ini masih samar-samar. Hal lain yang masih disangsikan adalah mengenai pembentukan kebudayaan masyarakat Indonesia. Apakah kebudayaan tersebut lahir dari agama Hindu-Budddha, ataukah agama Hindu-Budha-lah yang konsepnya menyesuaikan dengan kebudayaan masyarakat yang sudah ada sejak masa prasejarah. 

 

B.     Rumusan masalah

Berdasarkan Latar Belakang di atas, ada empat rumusan masalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana sejarah Hindu dan Buddha?
  2. Bagaimana penyebaran Hinddu-Buddha di Nusantara?
  3. Bagaimana kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara?
  4. Bagaimana pengaruh Hindu-buddha di Indonesia?

 

C.    Tujuan penelitian

Berdasarkan Latar Belakang di atas, ada empat rumusan masalah sebagai berikut :

  1. Mengetahui sejarah Hindu dan Buddha.
  2. Mengetahui penyebaran Hinddu-Buddha di Nusantara.
  3. Mengetahui kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara.
  4. Mengetahui pengaruh Hindu-buddha di Indonesia.

















BAB II

PEMBAHASAN



A.                Sejarah Hindu dan Buddha

Seperti yang diketahui bersama sebenarnya agama Hindhu dan Budha adalah dua agama besar dan muncul hampir bersamaan pada abad ke-6 SM. Dan pertama kali kedua agama ini muncul di India. Jika dilihat dari banyak aspek, sebenarnya ada beberapa perbedaan antara agama Hindu dan Budha. Beberapa perbedaannya bisa dilihat dari bentuk pengakuannya, aal-usulnya, keyakinan akan dewa, kepercayaannya pada rei karnasi, sistem kasta dan juga proses dalam pelaksanaan korbannya yang juga cukup berbeda.

Hindu

Budha

Kasta 

dalam ajaran agama Hindhu setidaknya ada lima kasta pembeda 

Tidak ada

Tradisi lokal bersama dengan lingkungan 

Masuknya Hindhu dalam satu Negara sebenarnya tidak mempengaruhinya, justru bisa menyatu dengan baik

Budaya lokal juga bisa menyatu dengan sangat baik bersama dengan ajaran yang dibawa dari Budha

Istilah dan Bahasa dalam kitab yang digunakan

Bahasa dan istilah yang digunakan berdasarkan Bahasa sanskerta

Bahasa dan istilah yang digunakan berdasarkan dari Bahasa prakrit

Perbedaan kitab yang menjadi panutannya

Beberapa kitab yang dikenal sebagai panutannya adalah Reg Veda, Yajur Veda, sama Veda dan Atharva Veda

Untuk budha adalah kitab Tripitaka yang mana terdiri dari Sutta Pitaka, Vinaya Pitaka dan Abhidharma Pitaka



  1. Sejarah Agama Hindu

Sejak ribuan tahun sebelum Masehi, di India telah berkembang kebudayaan besar di Lembah Sungai Indus. Dua pusat kebudayaan di daerah tersebut adalah ditemukannya dua kota kuno yakni di Mohenjodaro dan Harappa. Pengembang  dua  pusat  kebudayaan  tersebut  adalah bangsa Dravida. Pada  sekitar  tahun 1500 SM, datanglah bangsa Arya dari Asia  Tengah ke Lembah Sungai Indus. Bangsa Arya datang ke India dengan membawa pengaruh tulisan, bahasa, teknologi, dan juga  kepercayaan. Kepercayaan bangsa Arya yang dibawa adalah Veda (Weda) yang setelah sampai di India melahirkan agama Hindu. Lahirnya agama Hindu ini merupakan bentuk percampuran kepercayaan antara bangsa Arya dengan bangsa Dravida. Agama Hindu bersifat politeisme, yaitu percaya kepada beberapa dewa. Tiga dewa utama yang dipuja oleh masyarakat Hindu adalah Dewa Brahmana (dewa pencipta), Dewa Wisnu (dewa pelindung), dan Dewa Syiwa (dewa pembinasa). Ketiga dewa itu dikenal dengan sebutan Trimurti.

Kitab suci agama Hindu adalah Weda. Kitab Weda ini terdiri atas empat bagian, yaitu:

a.                   Reg-Weda, berisi puji-pujian terhadap dewa; 

b.                  Sama-Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci; 

c.                   Yazur-Weda, berisi mantra-mantra; dan

d.                  Atharwa-Weda, berisi doa-doa untuk pengobatan.

Disamping kitab Weda, ada juga kitab Brahmana dan Upanisad. Masyarakat Hindu terbagi dalam empat golongan yang disebut kasta. Kasta-kasta tersebut adalah kasta Brahmana, kasta Ksatria, kasta Waisya, dan kasta Sudra. Di luar itu masih ada  golongan masyarakat yang tidak termasuk dalam kasta, yaitu mereka yang masuk dalam kelompok Paria. Kasta Brahmana merupakan kasta tertinggi. Kaum Brahmana bertugas menjalankan upacara-upacara keagamaan. Kasta Ksatria merupakan kasta yang bertugas menjalankan pemerintahan. Golongan raja, bangsawan dan prajurit masuk dalam kelompok kasta Kstaria  ini. Kasta Waisya merupakan kasta dari rakyat biasa, yaitu para petani dan pedagang. Adapun kasta Sudra adalah kasta dari golongan hamba sahaya atau para budak. Sementara itu golongan Paria merupakan golongan yang tidak diterima dalam kasta masyarakat Hindu.

   

2.   Sejarah Agama Buddha

Agama Buddha muncul sekitar tahu 500 SM. Pada masa tersebut di India  berkembang kerajaan-kerajaan Hindu yang sangat besar, salah satunya dinasti Maurya. Dinasti ini mempunyai raja yang sangat terkenal yakni Raja Ashoka Kemunculan agama Buddha tidak dapat dilepaskan dari tokoh Sidharta Gautama. Sidharta adalah putra raja Suddhodana dari Kerajaan Kapilawastu. Ajaran Buddha memang diajarkan oleh Sidhrata Gautama, sehingga beliau lebih dikenal dengan Buddha Gautama.

Kitab  Suci  agama  Buddha adalah Tripitaka, yang  artinya  tiga  keranjang. Kitab  ini  terdiri atas;

a.                   Vinayapitaka yang berisi aturan-aturan hidup, 

b.                  Suttapitaka yang berisi pokok-pokok atau dasar memberi pelajaran, dan

c.                   Abdidharmapitakayang berisi falsafah agama. 

Setiap penganut budha diyuntut menjalankan Tridarma (tiga kebaktian):

a.                  Saya berlindung terhadap Budha

b.                  Saya belndung terhadap Dharma

c.                   Saya berlindung terhadap Sanggha

Terdapat empat tempat  utama yang dianggap  suci  oleh  umat  Buddha. Tempat-tempat suci tersebut memiliki hubungan dengan  Sidharta. Keempat tempat tersebut adalah Taman Lumbini, Bodh Gaya, Benares, dan Kusinegara. Taman Lumbini terletak di daerah Kapilawastu, yaitu tempat kelahiran  Sidharta. Bodh Gaya adalah tempat Shidarta  menerima penerangan agung. Benares adalah tempat Sidharta pertama kali menyampaikan ajarannya. Kusinegara, adalah tempat wafatnya Sidharta.Hari Raya Umat Buddha adalah hari raya Waisyak. Hari raya ini dimeriahkan untuk memperingati Peristiwa kelahiran, menerima  penerangan agung, dan kematian Sidharta yang terjadi pada tanggal yang bersamaan, yaitu waktu bulan purnama di bulan Mei.

 

B.  Penyebaran Agama Hindu-Buddha di Nusantara

Masuknya agama Hindu Buddha ke Indonesia secara pasti belum diketahui. Tetapi pada tahun 400 M dipastikan agama Hindu Budha telah berkembang di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan penemuan prasasti pada Yupa di Kalimantan Timur. Prasasti tersebut menunjukkan bahwa telah berkembang kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dengan adanya kerajaan pada tahun 400 M, berarti agama Hindu Budha masuk ke Indonesia sebelum tahun tersebut.

Terdapat beberapa pendapat atau teori tentang pembawa agama Hindu Budha ke Indonesia. Teori-teori itu adalah sebagai berikut 

a.                   Teori Brahmana, menyatakan bahwa penyebaran pengaruh Hindu ke Indonesia dibawa kaum Brahmana. 

b.                  Teori ksatria, menyatakan bahwa penyebar pengaruh Hindu ke Indonesia adalah orang-orang India yang berkasta ksatria. Di Indonesia mereka kemudian mendirikan kerajaan-kerajaan serta menyebarkan agama Hindu.

c.                   Teori Waisya, menyatakan bahwa penyebar agama Hindu ke Indonesia adalah orang-orang india yang berkasta Waisya. Para penyebaran pengaruh Hindu itu terdiri atas para pedagang dari India. 

d.                  Teori Arus Balik, menyatakan bahwa para penyebar pengaruh Hindu ke Indonesia adalah orang-orang Indonesia sendiri. Mereka mula-mula diundang atau datang sendiri ke India untuk belajar Hindu. Setelah mengusai ilmu tentang agama Hindu, mereka kemudian kembali ke Indonesia dan menyebarkan pengaruh Hindu di Indonesia. 

Keempat teori tentang penyebaran agama Hindu ke indonesia tersebut masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Kaum Ksatria dan Waisya, tidak memiliki kemampuan menguasai Kitab Suci Weda. Sementara kaum Brahmana tidak dibebani untuk menyebarkan agama Hindu walaupun mereka dapat membaca kitab suci Weda. Kaum Brahmanapun memiliki pantangan menyeberangi laut. Yang paling mungkin adalah, orang-orang Indonesia datang belajar ke India untuk mempelajari agama Hindu, kemudian merekalah yang menyebarkan agama tersebut ke Indonesia. Penyebaran ini menjadi lebih efektif, karena orang-orang Indonesia jauh lebih memahami mengenai kondisi sosial, adat dan budaya negerinya sendiri.

1.      Penyebaran Agama Buddha

            Agama Budha masuk ke Indonesia dibawa oleh para pendeta didukung dengan adanya misi Dharmadhuta, kitab suci agama Buddha ditulis dalam bahasa rakyat sehari-hari, serta dalam agama Buddha tidak mengenal sistem kasta. Para pendeta Buddha masuk ke Indonesia melalui 2 jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan, yaitu melalui jalan daratan dan lautan. Jalan darat ditempuh lewat Tibet lalu masuk ke Cina bagian Barat disebut Jalur Sutra, sedangkan jika menempuh jalur laut, persebaran agama Buddha sampai ke Cina melalui Asia Tenggara. Selanjutnya sampai ke Indonesia mereka akhirnya bertemu dengan raja dan keluarganya serta mulai mengajarkan ajaran agama Budha, pada akhirnya terbentuk jemaat kaum Buddha. Bagi mereka yang telah mengetahui ajaran dari pendeta India tersebut pasti ingin melihat tanah tempat asal agama tersebut secara langsung yaitu India sehingga mereka pergi ke India dan sekembalinya ke Indonesia mereka membawa banyak hal baru untuk selanjutnya disampaikan pada bangsa Indonesia. Unsur India tersebut tidak secara mentah disebarkan tetapi  telah mengalami proses penggolahan dan penyesuaian. Sehingga ajaran dan budaya Buddha yang berkembang di Indonesia berbeda dengan di India.

2.                  Penyebaran Agama Hindu

            Para pendeta Hindu memiliki misi untuk menyebarkan agama Hindu dan melalui jalur perdagangan akhirnya sampai di Indonesia. Selanjutnya mereka akan menemui penguasa lokal (kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka para pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya. Dalam ajaran agama Hindu konsepnya adalah seseorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu maka untuk menerima ajaran agama Hindu orang Indonesia harus di-Hindu-kan melalui upacara Vratyastoma dengan pertimbangan kedudukan sosial/ derajat yang bersangkutan (memberi kasta). Hubungan India-Indonesia berlanjut dengan adanya upaya para kepala suku/ raja lokal untuk menyekolahkan anaknya/ utusan khusus ke India guna belajar budaya India lebih dalam lagi. Setelah kembali ke tanah air mereka kemudian menyebarkan kebudayaan India yang sudah tinggi. Bahkan tak jarang mereka mendatangkan para Brahmana India untuk melakukan upacara bagi para penguasa di Indonesia, seperti upacara Abhiseka, merupakan upacara untuk mentahbiskan seseorang menjadi raja. Jika di suatu wilayah rajanya beragama Hindu maka akan memperkuat proses penyebaran agama Hindu       bagi rakyat di daerah tersebut. Berikut kerajaan-kerajaan hindu yang pernah berdiri di Indonesia.

 

C. Kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara

1. Kerajaan Kadiri 

Kerajaan Kadiri atau Kerajaan Panjalu adalah sebuah kerajaan yang terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222.  Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang.  Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api, Pada akhir November 1042, Airlangga menyetujui membelah wilayah kerajaannya menjadi dua karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta, yaitu Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan.  Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bemama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha, sedangkan Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur benama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.  Sebelum dibelah menjadi dua, nama asli kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu yang berpusat di Daha Karena itu, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari Panjalu.  Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu lebih sering digunakan dibandingkan nama Kadiri.  Kerajaan Panjalu atau Kadiri tidak diketahui lebih besar dari Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan Kerajaan Janggala hanya memberitakan perang saudara antara kerajaan sepeninggal Airlangga.  Sejarah Kerajaan Panjalu mulai dikenal dengan adanya prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa.  Raja-raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya yang sudah diketahul.

Kerajaan Panjalu di bawah permerintahan Sri Jayabhaya berhasil menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang terkenal dengan prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati atau Panjalu Menang Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya inilah Kerajaan Panjalu mencoba masa kejayaannya.  Wilayah korajaan memuat seluruh Jawa dan beberapa pulau di Nusantara bahkan sampai menentang Kerajaan Sriwijaya di Sumatra Kerajaan Panjalu-Kadini runtuh pada masa pemerintahan Kertajaya Pada tahun 1222 Kertajaya sedang berselisih tentang kaum brahmana yang mulai meminta bantuan Ken Arok.  Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita memerdekakan Tumapel yang menupakan daerah bawahan Kadiri.  Perang antara Kadiri dan Tumapel terjadi di dekat desa Ganter Pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan pasukan Kertajaya.  Kerajaan Panjalu akhirmya menjadi bawahan Tumapel atau Singhasari Raja-raja Kerajaan Panjalu (Kadiri) adalah Sri Samarawilaya (putra Airlangga), Sn Jayawarsa, Sri Bameswara, Sri Jayabhaya (raja terbesar Panjalu), Sri Sarweswara, Sri Aryeswara, Sri Gandra, Sri Kameswara dan  Kertajaya.

 

2. Kerajaan Kalingga 

Kalingga adalah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Tengah sekarang.  Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan dibelinya diketahul dari sumber-sumber Tiongkok.  Kerajaan ini permah diperintah oleh Ratu Shima yang diketahui memiliki peraturan, yaitu barang siapa yang akan dipindahkan disetujui.  Putri Maharani Shima, yaitu Parwati, menikah dengan Putra mahkota Kerajaan Galuh yang bernama Mandiminyak.  Mandiminyak kemudian menjadi raja ke-2 Kerajaan Galuh.  Sementara Maharani Shima memiliki cucu yang bernama Sanaya.  Sanaya menikah dengan raja ke-3 dari Kerajaan Galuh, yaitu Bratasenawa.  Sanaha dan Bratasenawa memiliki anak bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M). 

Setelah Maharani Shima wafat tahun 732 M, Sanjaya melanjutkannya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bhumi Mataram.  Perkembangan selanjutnya, Sanjaya mulai Dinasti atau Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno Kekuasaan di Jawa Barat disampaikan kepada putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Bamrmawijaya alias Rakeyan Panaraban Selanjutnya Raja Sanjaya menerimali Sudiwara, puteri Dewasinga yang disebut Raja Kalingga Selatan atau Bhumi Sambara.  Raja Sanjaya memiliki putra bemama Rakai Panangkaran.

 

3. Kerajaan Kutai Martadipura 

Kutai Martadipura merupakan kerajaan Hindu yang menerima nusantara dan seluruh Asia Tenggara.  Kerajaan ini terletak di Sungai Mahakam di Muara Kaman, Kalimantan Timur.  Nama Kutai diberikan para ahli karena lebih banyak informasi tentang sumber sejarah kerajaan ini.  Informasi yang diperoleh dari yupa (tugu) dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4.  Ada tujuh yupa yang menjadi sumber utama sejarah Kerajaan Kutai.  Raja Kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman.  Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kudungga.  Kudungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia.  Sementara yang diharapkan sebagai Aswawarman mungkin raja pertama Kerajaan Kutai dan diberi gelar Wangsakerta (pembentuk keluarga).  Aswawaman memiliki tiga Putra yang salah satunya adalah Mulawarman.  Saat Mulawarman berkuasa.

  Kerajaan Kutai diperbaiki masa keemasan.  Wilayah yang paling luas di Kalimantan Timur.  Kerajaan Kutai berakhir saat Maharaja Dharma Setia yang berkuasa saat itu dibatalkan dalam peperangan dengan Aji Pangeran Anum Panji Mendapa (Raja Kutai Kartanegara ke-13).  Kerajaan Kutai Martadipura berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute).  Kerajaan Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi Kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.  Sebagai raja-raja Kutai Martadipura adalah Maharaja Kudungga Maharaja Asmawaman, Maharaja Irwansyah, Maharaja Sri Aswawarman, Maharaja Marawjaya Warman, Maharaja Gajayana Warman, Maharaja Tungga Warman, Maharaja Jayanaga Warman, Maharajaara  Indra Warman Dewa, Maharaja Sangga Warman Dewa, Maharaja Singsingamangaraja XXI, Maharaja Candrawarman, Maharaja Prabu Nefi Suriagus, Maharaja Ahmad Ridho Darmawan, Maharaja Riski Subhana, Maharaja Sri Langka Dewa, Maharaja Guna Parana Dewa, Maharaja Wijaya Warman, Maharaja Indra Mulya Maharaja, Dewa Maharaja, Dewa Maharaja  Pandita, Maharaja Indra Paruta Dewa, dan Maharaja Dharma Setia.

 

4. Kerajaan Majapahit 

            Majapahit adalah kerajaan kuno yang berdiri sekitar tahun 1293. Puncak kejayaan Majapahit terjadi pada masa Hayam Wuruk berkuasa dari tahun 1350-1389.  Majapahit menguasai kerajaan-kerajaan lain di Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra, Bali, dan Filipina.  Kerajaan ini juga merupakan kerajaan Hindu terakhir di Semenanjung Malaya.  Berdirinya Majapahit berawal sejak Sriwijaya diusir dari Jawa oleh Singhasari, lalu Singhasari menjadi kerajaan terkuat.  Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok dan mengirim utusan bernama Meng Chi ke Singhasari untuk meminta upeti.  Kertanagara sebagai Raja Singhasari terakhir menolak membayar upeti.  Bahkan ia mempermalukan perundingan Kubilai Khan dengan perusakan dan pemotongan telinganya.  Kubilai Khan marah dan menginmkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293. 

            Pada saat yang sama, Jayakatwang sebagai Adipati Kediri telah membunuh Kertanagara.  Atas saran Aría Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang mengirimkan dini.  Raden Wijaya pun memberi hutan Tark.  Di tempat itu Raden Wijaya membangun desa baru yang dinamai Majapahit.  Nama ini diambil dari buah maja yang enak pahit.  Saat pasukan Mongolia tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongolia melawan Jayakatwang.  Setelah itu, Raden Wijaya berbalik menyerang Mongolia yang akhimya menarik pulang pasukannya. 

            Pada 10 November 1293, Kerajaan Majapahit pun resmi tiba yang ditandai dengan dinobatkannya Raden Wijaya sebagai raja.  Saat ini dinobatkan secara resmi menggunakan nama Kertarajasa Jayawardhana lbu kota kerajaan adalah Wilwatikta (Trowulan). Dalam masa kekuasaannya, Kertarajasa menangani banyak masalah.  Beberapa orang kepercayaannya, yaitu Ranggawale Soradan Nambi memberontak melawannya.  Namun, pemberontakan tersebut tidak berhasil.  Diduga itu Mahapatih Halayudha melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua musuh raja agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan.  Namun, setelah kematian pemberontak terakhir, yaitu Kuti, Halayudha pun ditangkap, dipenjara, lalu ditangkap mati.  Tahun 1309 Kertarajasa meninggal dunia.  Putranya bemama Jayanegara pun naik takhta.  Namun, ia adalah penguasa yang jahat dan sangat bermoral Kala Gemet yang berarti penjahat lemah.  Pada tahun 1328, Jayanegara dihukum dibunuh oleh tabibnya, Tantja.  Sepeninggal Jayanegara menerima ibu tirinya, Gayatri Rajapatni, yang dimintanya.  Namun, Rajapatni menjadi biksuni (pendeta Buddha wanita) sehingga menunjuk anak perempuannya, yaitu Tribhuwana Wijayatunggadewi, menjadi Ratu Majapahit.  Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar danterkenal. Tribhuwana menguasai Majapahit sampai tahun 1350, lalu takhta kerajaan diteruskan oleh putranya bemama Hayam Wuruk. Hayam Wuruk juga disebut Rajasanagara. 

            Pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya bemama Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada Majapahit menguasai lebih banyak wilayah Pada tahun 1377, Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang sehingga menyebabkan runtuhnya Kerajaan Sriwijaya. Hayam Wuruk bertakhta sejak tahun 1350-1389 Sesudah mencapai puncaknya, kekuasaan Majapahit pun berangsur-angsur melemah. Melemahnya kerajaan ini diawali dengan perang saudara pada tahun 1405-1406 antara Wirabhumi dan Wikramawardhana, lalu pertengkaran saat terjadi pergantian raja pada tahun 1450-an, serta pemberontakan besar yang dilancarkan bangsawan pada tahun 1468. Hudhara yang bergelar Brawijaya VII merupakan raja terakhir Kerajaan Majapahit. la bertakhta tahun 1498-1518. Dari catatan sejarah di China, Portugis, dan Italia membuktikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dan tangan penguasa Hindu ke Adipati Unus sebagai penguasa Kesultanan Demak antara tahun 1518 dan 1521 M. 

            Selama masa kejayaan Majapahit, terdapat peninggalan budaya yang berupa candi Candi-candi Majapahit yang dapat ditemuiadalah Candi Tikus dan Candi Bajangratu di Trowulan, Mojokerto sementara raja-raja yang pernah bertakhta di Majapahit adalah Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309), Kalagamet bergelar Sri Jayanagara (1309-1328), Sri Gitarja bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-13-13  ), Hayam Wuruk bergelar Sri Rajasanagara (1350-1389), Wikramawardhana (1389-1429) Suhita (1429-1447), Kertawijaya bergelar Brawijaya I (1447-1451) Rajasawardhana bergelar Brawijaya ll (1451-1453), Puwawisesa atau Girishawardijaya  Il (1456-1466), Pandanalas atau Suraprabhawa bergelar Brawijaya IV (1466-1468), Kertaburni bergelar Brawijaya V (1468-1478), Girindrawardhana bergelar Brawijaya VI (1478-1498), Hudhara bergelar Brawijaya VII (1498-1518).

 

5.  Kutai 

            Bukti pertama adanaya pengaruh Hindu di Nusantara diperoleh di daerah Kutai, Kalimantan Timur.  Bukti itu terdiri dari tujuh buah prasasti berbentuk yupa, yang digunakan sebagai tiang tempat menambatkan hewan kurban.  Yupa ditulis dalam huruf pallawa dan bahasa Sankerta.  Dari bentuk huruf yang dipakai, para ahli memperkirakan bahwa prasasti itu dibuat kira-kira pada abad ke-5 Masehi.  Dari prasasti tersebut diperoleh informasi tentang adanaya sebuah kerajaan Hindu yang bernama Kutai di hulu sungai Mahakam.  Disebutkan sebagai pemilik kerajaan yang bernama Kudungga, yang dari namanya dapat dipastikan sebagai nama Hindu, namun asli Nusantara.  Pengaruh Hindu mulai terlihat jelas pada penggatinya yang mengambil yang diambil dari kata Vamsakarta atau pembentuk keluarga (dinasti).  nama India Aswawarman Prasasti-prasasti itu dibuat sendiri untuk memuliakan Raja Kutai yang ketiga, Mulawarman, yang dianggap sebagai orang yang sangat mulia dan baik budinya.  Hal itu terlihat di salah satu prasasti yang diajukan raja ini telah memberikan kontribusi 20.000 ekor sapi kepada brahmana. 

 

6.  Tarumanegara

            Kerajaan Hindu pertama di Jawa Barat dan kedua di Nusantara adalah Tarumanegara.  Kerajaan yang terletak di antara sungai Cisadane dan Sungai Citarum ini diperkirakan muncul pada abad ke-5 M. Bukti-bukti tentang kerjaan ini diperoleh dari catatan para pengelana bernama To-lo-mo (Tarumanegara) yang ditemuinya dengan kompilasi besar-besaran di Jawa.  Berita Cina Lainnya dari pemerintah dinasti Tang dan Sung yang membahas tentang kerajaan tersebut  Selain itu, ada juga bukti-bukti yang memuat tujuh buah prasasti yang disajikan tentang kerajaan tersebut.  Ditemukan lima prasasti-prasasti yang ditemukan di Bogor dan dikenal sebagai prasasti Ciarateun, Kebun Kopi, Jambu, Pasri Awi dan Muara Cianten, sedangkan dua lainnya ditemukan di Jakarta dan lebak, masing-masing disebt prasasti Tugu dan Muncul. 

 

7.  Melayu

            Melayu merupakan salah satu kerajaan terkuat di Nusantara.  Banyak ahli sejarah yang memperkirakan kerjaan ini terletak di daerah Sungai Batanghari, Jambi.  Hal ini ditimbulkan karena banyaknya peninggalan kuno seperti candi dan arca yang ditemukan di sana.  Keberadaan kerajaan tesebut lebih banyak dari sumber-sumber Cina.  Pada masa pemerintahan dinasti 646 dan 645 utusan dari negeri Moloyeu (Melayu) membawa hasil bumi.  Pengelanan Cina 1-Tsing kemudian dilaporkan pada abad ke-7 kerajaan tersebut ditaklukkan oleh sriwijaya.  Setelah itu, bebrapa abad tidak ada sedikit laporan tentang kerjaan tersebut.  Nama melayu baru muncul kembali pada abad ke-12 kompilasi kerajaan Singasari melacarkan ekspedisi.  Pemelayu.  Melayu masa kejayaan pada pemerintahan raja Adityawarman, seorang kerabat dari dinasti yang berkuasa di Majapahit.  Muncul catatan pada arca Manjusti di candi Jago, Jawa Timur, mencatat bahwa adityawarman membantu Gajah Mada menaklukkan Pulau Bali.  Setelah itu, nama kerajaan harus tenggelam lagi.  

 

8. Sriwijaya 

            Kata sriwijaya pertama kali dijumpai di dalam Prasasti Kota Kapur dari pulau Bangka.  Sriwijaya merupakan kerajaan di Sumatera Selatan yang berupusat di Palembang. Pengetahuan sejarah Sriwijaya baru lahir pada permulaan abad ke-20. Nama sriwijaya baru di kenal pada tahun 1918. Berita-berita Cina banyak yang dipublikasikan.  Sebagai contoh, dalam catatan perjalannya pada tahun 671, scorang biksu Buddha bernama I-tsing menjelaskan tentang ketiak ia pergi dari Kanton ke India, ia singgah terlebih dahulu di Sriwijaya selama enam bulan untuk belajar tatabahasa Sanskerta.

            Mengenai kerajaan Sriwijaya, I-tsing mengatakan bahwa Sriwijaya merupakan kota berbenteng menyelesaikan tembok.  Kota ini merupakan pusat agama Buddha, yang di tempati kira-kira seribu biksu di bawah bimbingan Sakyakitiri.  Selain berita dari Cina, dikembalikan kerajaan Sriwijaya juga ditegaskan oleh penemuan beberapa prasasti yang semuanya ditulis dengan Pallawa dalam bahasa Melayu Kuno.  Prasasti-prasasti itu adalah prasasti Bukit Kedukan, Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur, dan Karang Berahi.  Pada tahun 775, Sriwijaya mendidirikan pangkalan di daerah Ligor, Semenangjung Malaya.  

            Kekuasaaan kerajaan itu meluputi selat Malaka, Selat Karimata, Selat Sunda, Sumatera Selatan, Sumatera Tengah, Pantai Timur, Sumatera Utara Pantai Barat Kalimantan, dan Semenanjung Malaka.  Pada masa jayanya Sriwijaya memiliki peran besar dalam pengembang perdangan, ilmu pengetahuan, dan agama.  Kerajaan Sriwijaya mulai kemunduran sekitar abad ke-10.  Hal ini sebagian besar diakibatkan oleh timbulnya permusuhan dengan kerajaan Colamandala dari India selatan.  Pada tahun 1017 dan 1025, armada laut Rayendracoladewa di bawah pimpinan Raja Colamandala menyerang pelabuhan-pelabuhan di Selat Malaka yang berada dibawah kekuasaan Sriwijaya. Akibat serangan ini, banyak kapal Sriwijaya yang hancur tenggelam. Bahkan raja Sriwijaya, Sri Sanggrama Wijaya Tunggawarman berhasil ditawan musuh Kerajaan Sriwijaya makin melemah pada abad ke-13, saat banyak wilayab lenas dari pengaruh kekuasaannya. Wilayah dibagian utara semenanjupe Malaya diambil alih oleh Raja Siam. Sementara bagian tenggara Sumatera direbut oleh raja Kertanegra dari Shingasari. Sejak itu, satu per satu raja bawahan Sriwijaya melepaskan diri dari pengaruh kerajaan tersebut, Kerajan Sriwijaya lenyap setelah ditaklukkan kerajaan Majapahit pada abad ke-14. 

 

9.  Mataram Kuno 

            Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada diwilayah aliran sungai Bogowonto, Progo, Elo dan Bengawan Solo di Jawa Tengah. Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui dari prasasti Canggal. Prasasti Berangka tahun 732 M ini menyebutkan bahwa kerajaan itu pada awalnya dipimpin oleh Sana. Seletah kematiannya, tampuk kekuasaan dipegang oleh keponakannya, Sanjaya. 

            Pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Panangkaran, berdiri pula sebuah dinasti baru dijawa Tengah, yaitu dinasti Syailendra yang beragama Buddha. Perkembangan kekuasaan dinasti tersebut dibagian selatan jawa tengah menggeser kedudukan dinasti Sanjaya yang beragama Hindu hingga kebagian tengah Jawa Tengah. Akhirnya, untuk memperkuat kedu- dukan masing-masing, kedua dinasti terscbut sepakat bergabung. Caranya adalam melalui pernikahan antara Raja Putri Pramuwhardani dari pihak Syailendra dengan Rakai Pikatan dari saingannya. 

            Kerajaan Mataram kuno terkenal keunggulannya dalam pembangunan candi Agama Buddha dan Hindu. Candi yang diperuntukan bagi Agama Buddha antara lain candi Borobudur yang dibangun oleh Samaratungga dari dinasti Syailendra. Candi Hindu yang dibangun antara lain candi Rara Jongrang di Prambanan yang dibangun oleh Raja Pikatan. Pada zaman pemerintahan Raja Rakai Wawa terjadi banyak kekacauan di daerah-daerah yang berada dibawah Kerajaan Mataran Kuno, sementara ancaman dari luar mengintainya. Keadaan menjadi semakin buruk setelah kematian sang raja akibat perebutan kekuasaan di kalangan istana, Akhirnya pengganti Raja Wawa yang bernama Mpu Sindok mengambil Keputusan untuk memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Disana ia membangun Sebuah dinasti baru yang bernama Isyana. 

 

10.  Wangas Warmadewa

            Keluarga raja Warmadewa muncul pertama kali pada tahun 914. Hal itu diketahui dalam prasasti dari sanur yang dikeluarkan oleh Sri Kesariwarmadew yang memiliki keratin di Singhawdala.  Salah seorang pemimpin Kesariwarma- dewa adalah Candrabyasingha Warmadewa yang pada tahun 962 membangun sebuah telaga pemandian dari sumber yang ada di diesa Manukraya.  Pemandian anfu atera itu adalah thirta empul yang tersedia sekarang didekat Tampak Siring.  Sejak tahun 989, Bali diperintah oleh sang ratu luhur Sri Gunapriya - Dharmapatni dan Si Si Dharmidayana Warmadewa atau Udayana.  Gunapriyadharmapatni (Mahendrata) adalah anak Makutawang-sawardhana dari Jawa Timur. 

            Indayana dan Mahendrata memiliki anak sulung beranam Airlangga, yang kemudan menjadi raja menggatikan Dharnawangsa di Jawa Timur Mereka juga memiliki putera yang disebut Anak Wangsu yang kemudian memulai di Bali dan bergelar Sri Dharmawangsawardana.  Anak Wangsu tidak memiliki kebebasan, sehingga dengan meninggalnya Anak Wungsu, pemerintahan Wangsa Warmadewa berakhir pula.  

 

11.  Medan Kamulang 

            Kerajaan medang Kamulan terletak dimuara Sungai Brantas di Jawa Timur.  Kerajaan ini dibangung oleh Mpu Sindok yang sebelumnya memerintah kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah.  Di tempat barunya Mpu Sindok mendirikan dinasti yang bernama Isyana.  Selat Malaka.  Selat Malaka menyebabkan jalur perdagangan laut diwilayah tersebut.  Hal tersebut menyebabakan benturan dengan kerjaan Sriwijaya.  Mendukung fatal bagi Dharmawangsa sendiri.  Dalam upayanya untuk mengalahkan Dharmawangsa, Sriwijaya menjaling hubungan dengan Negara bawahan Medan Kamulan.  Yaitu kerajaan Wura-Wuri.  

            Menurut prasasti Pucang (1016), pasukan Wura-wuri menyerang istana Dharmawangsa kompilasi sendang menikahkan puterinya dengan Airlangga.  Dalam peristiwa itu Raja Dharmawangsa terbunuh, sementara menantunya berhasil lolos.  Prasati ini juga menceritakan pengembaraan Air-langga yang hidup selama beberapa waktu dengan para peratapa.  Pada tahun 1019, para pendeta Siwa, Brahmana, dan Buddha menobatkannya sebagai raja dengan gelar Sri Lakeswara Dharmawangsa Airlangga.  Dengan dukungan para pemuka agama tersebut, Airlangga berhasil mengambil kekuasaan.  Dia kemudian pindah pusat kekuasaan dari Waton Mas ke Kahuripan.  

            Pada masa pemerintahan Dharmawangsa (991-1016), Medan meminta Pada akhirnya pemerintahannya, Airlangga meningkatkan kesulitan untuk menentukan penggantinya, Maharantri I Hino Wijayatunggadewi menolak naik tahta dan memilih menjadi pertapa.  Akhirnya dengan bantuan Mpu Bharada, Airlangga dibagi dua kerajaannya menjadi Jenggala dan Panjalu (Kediri).

 

12.  Singasari 

            Kerjaan Singasari dibuat oleh Ken Arok setelah dia berhasil mengalah- kan Kediri.  Dia kemudian mengambil gelar Sri Rangga Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi dan membangun sebuah dinasti baru yang disebut dinasti Rajasa.  Sejarah Ken Arok sendiri tidak dikenal karena namanya tidak dikenal dalam prasati.  

            Dalam kitab Pararaton dan Negarakertagama, ia disampaikan oleh keluarga biasa dari Pungkur.  Pada masa mudanya hidup sebagai penyamun jadi buronan.  Melalui bantuan seorang pendeta beranama Danghyang Lohgawe, ia kemudian berhasil bekerja pada sayawu Tumapel bernama Tunggul Ametung.  Tertarik oleh istri sang cantik yang bernama Ken Dedes, Ken Arok kemudian membunuh Tunggul Ametungdengan sebilah keris Mpu Gandring.  Setelah itu, ua menikahi Ken Dedes, yang saat itu sedang mengandung.  Cerita selanjutnya merupakan kisah tragedi.  Anuspati, anak yang dikandung Ken Dedes dari Tunggul Ametung, tahu tragedi yang menimpa pembicaraan.  la kemudian membunuh ayah tirinya itu dengan keris yang telah membunuh ayah kandungnya dan mengambil alih tahta kerajaan.  Pemerintah Anuspati berlangsung selama 21 tahun (1227-1248).  

            Masa pemerintahannya tidak begitu penting selain ia gemar menyabung ayam, dia dibunuh oleh Tohjaa, seorang anak Ken Arok dari istri lain yang berkenaan dengan Ken Uman.  Pada saat dipanggil, Tohjaya dibuka oleh Anuspati yang bernama Ranggawuni.  Ranggawuni naik tahta pada tahun 1248 dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana.  la merupakan raja Singasari pertama yang muncul diabadikan dalam prasasti Narasingharmuti.  Dalam kakawin Negarakertagama menjadi Wisnuwardana menobatkan keturunan yang bernama Kertanegara menjadi raja pada tahun 1254. 

            Kertanegara merupakan raja terbesar Singasari.  Selama pemerintahannya, ia membuka wilayahnya hingga mencakup wilayah Sumatera, Bali, Kalimantan, dan Nusantara bagian timur.  Salah satu ekspedisi penaklukannya dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu yang dikirim pada tahun 1275 untuk menaklukkan Melayu. sementara itu, perlusasan pengaruh Kemaharajaan Cina-Mongol di bawah Khubilai Khan memengaruhi tantangan terhadap kekuasaan Kertanegara.  Saat sang kaisar mengirim utusan untuk meminta agar Singasari meminta ke Cina, Kertanegara melukai wajah sang pembawa yang bernama Mengki.  Khubilai Khan murka dan mengirim pasukan untuk menyerang jawa pada tahun 1292 Akan tetapi, keruntuhan Kertanegara ternyata datang dari jurusan lain.  Seorang penguasa Raja-raja Kediri bernama Jayakatwang memberontak terhadap penguasa Singasari untuk memulihkan kembali kejiri Kendiri yang diruntuhkan oleh leluhur Kertanegara.  Dalam satu serangan, pasukan Jayakatwang berhasil membunuh Kertanegara sambil menantunya yang beranam Raden Wijaya berhasil lolos.  Kematian Kertanegara membuat Singhasari runtuh.

 

D. Pengaruh Hindu-Buddha di Nusantara

Perkembangan Hindu-Buddha yang paling nyata dibidang politik yaitu diperkenalkannya sytem kerajaan. Sebelumnya, kedudukan pemimpin dalam masyarakat Nusantara adalah orang yang dituakan oleh sesamanya. sesuai dengan system kerajaan yang berlaku di India, kedudukan pemimpin dalam masyarakat berubah menjadi Mutlak dan turun temurun berdasarkan hal waris (atau dinasti) yang sesuai dengan peraturan hukum kasta

1.      Perubahan dalam Bidang Sosial 

Sejalan dengan pengaruh agama Hindu-Buddha, mayarakat Nusantara terbagi menjadi beberapa golongan sesuai dengan aturan kasta. Akan tetapi system kata yang berlaku di Nusantara tidaklah seketat di Negara asalnya.

2.                  Perubahan dalam Bidang Kebudayaan

Pengaruh Hindu-Buddha di bidang kebudayaan terutama berkaitan dengan penyelenggaraan upacara keagamaan, seperti upacara sesajen, pembuatan relief, dan candi serta penggunaan Bahasa sanskerta.



E.      Warisan Kebudayaan Hindu-Buddha 

  1. Arsitektur

Arsitektur warisan kebudayaan Hindu-Buddha dapa dilihat dari Stupa dan Candi. Awalnya stupa dikenal sebagai kuburan kubah atau bukit makan yang sederhana, kemudian bentuk arsitektur ini menjadi sebagian dari bangunan suci umat Buddha. Pada perkmbangannya bentuk kubah pada stupa tetap dilestarikan namun dengan makud yang berbeda, yakni sebagai lambang Nirwana. Stupa lalu menjadi tempat penyimpanan relik yang dikelilingi oleh teras yang berdinding. Gerbangnya terdapat di empat penjuru mata angin, biasanya dihiasi dengan gambar-gambar timbul (relief).        

Adapun candi merupakan bangunan peninggalan maa lalu yang digunakan untuk memuliakan orang yang telah meninggal, khusus bagi para raja orang-orang yang telah meninggal, khususnya bagi para raja dan orang-orang terkemuka. Namun menurut Sukmono (1973:81) yang dikubur didalamnya bukan mayat atau abu jenazah melainkan bermacam-macam benda seperti potongan berbagai jenis logam dan batu-batu aki, yang disertai dengan saji-sajian. Benda-benda tersebut dinamakan dengan pipih, dan dianggap sebagai lambang zat-zat jasmaniah dari sang Raja yang telah bersatu kembali dengan dewa penitisnya.

Dilihat dari asal-usulnya, kata cando berasal dari salah satu nama untuk Durga sebagai Dewi Maut, yaitu candika. Sehingga tidak mengherankan candi dihubungkan dengan orang meninggal. Bentuk candi di maing-masing daerah memiliki perbedaan. Berikut ini perbedaan umum bentuk candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Langgam Jawa Tengah 

1.      Bentuk bangunannya tambun

2.      Atapnya nyata tidak berundak-undak

3.      Puncaknya berbentu ratna atau stupa

4.      Giwang atau pintu dan relung berhiaskan kala makara

5.      Relienya timbul agak tinggi dan lukisannya naturalis

6.      Letak candinya di tengah halaman 

7.      Kebnayakan menghadap ke Timur

8.      Kebanyakan terbuat dari batu andesit

 

Langgam Jawa Timur

1.      Bentuk bangunannya ramping

2.      Atapnya merupakan perpaduan tingkatan

3.      Puncaknya berbentuk kubus

4.      Makara tidak ada dan pintu serta relung hanya ambang batasnya saja yang diberi kala

5.      Reliefnya timbul sedikit saja dan lukisannya simbolis menyerupai wayang kulit

6.      Letak candi di bagian belakang halaman

7.      Kebanyakan menghadap ke barat

8.      Kebanyakan terbuat dari bata

 

Dilihat dari coraknya candi juga beberapa di tiap daerah. Hal terebut menyebabkan pengelopokkan candi berdasarkan daerah penemuan. Pengelompokkan itu bisa dilihat dari keterangan berikut ini.

1.      Kelompok candi di Jawa Tengah di bagian Utara umumnya tidak beraturan dan lebih merupakan gugusan candi yang masing-masng berdiri sendiri.

2.      Kelompok candi di Jawa Tengah di bagian Selatan berdiri di tengah dan candi-candi perwaranya berbaris teratur di sekelilingnya.

3.      Kelompok candi di Jawa Timur induknya terletak dibagian belakang halaman candi, sementara candi prewar dan bangunan-bangunan lainnya terletak didepan.

Beberapa candi di Jawa Tengah Utara adalah Candi Gunung Wukir di dekat Magelan, berhubungan dengan prasasti Canggal tahun 732 M dan Candi Gedong Songo di Lereng Gunung Unggaran.

Adapun beberapa candi di Jawa Tengah Selatan adalah Candi Kalasan dekat Yogyakarta didirikan pada tahun 778, Cand Sari yang terletak di dekat Candi Kalasan, Candi Borobudur dekat Magelang yang memiliki puncak stupa yang sangat besar dan arca-arca yang sangat banyak jumlahnya 505, Candi Prambana yang terdiri atas 2 buah Candi induk dikelilingi lebih kurang 250 buah candi perwara yang tersusun dalam 4 baris.

Sementara itu candi di Jawa Timur adalah Candi Kidal (candi Anusapati), Candi Jago (candi winuwardhana), candi Singoasari (candi Kertanegara) dekat Malang, Candi Jawi dekat Prigen, Candi panataran di Blitar.

2.                  Seni Sastra

Seni sastra peninggalan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha ialah tampak dalam penulisan prasasti, kitab, dan kakawin. Prasasti biasanya ditulis untuk memberikan informasi sehubungan dengan adanya peringatan, perintah atau keberadaan suatu kerajaan. Pada masa kerajaan Kutai, informasi itu dipahatkan pada Yupa (tugu batu).

Kitab adaah sebuah karangan tentang kisah, catatan atau laporan suatu peristiwa. Pada masa Hindu-Buddha, kitab ditulis dalam lembaran daun lontar. Isi kitab berupa rangkaian puisi yang terdiri atas beberapa bait, ditulis dalam Bahasa yang indah. Ungkapan dalam puisi itu disebut kakawin. Beberapa kitab yang ditulis misalnya, Mahabharata, Arjuna Wiwaha, Negarakertagama, dan Sutasoma.

3.                  Seni Rupa atau Ukir

Karya seni rupa banyak di jumpai dala bentuk relief yang dipahatkan pada dinding candi, biasanya berupa gambar dan hiasan serta ada yang merupakan rangkaian cerita atau kisah orang-orang tertentu. Relief-relief itu antara lain dapat ditemui dalam berbagai candi seperti Borobudur, Prambanan dan Pantaran. Misalnya, candi-candi di Jawa Tengah terdapat hiasan gambar pohon. Kebanyakan dari pohon-pohon itu melmbangkan kalpatru atau parayata, yaitu pohon yang dapat memberi segala apa yang diinginkan dan diminta oleh manusia, sedangkan berbagai bentuk relie yang melukikan rangkaian cerita, biasanya di ambil dari kitab-kitab kesusasteraan, seperti Ramayana dan dari kitab keagaamaan seperti Karmawi bhangga, kunjakarna dan lain-lain.



F.     Daerah-Daerah yang dipengaruhi unsur agama Hindu –Buddha

            Agama Buddha diperkirakan oleh awal berkembang di Indonesia daripada agama Hindu. Hal itu didasarkan pada penemuan arca perunggu di sempaga, Sulawesi Selatan. Arca tersebut bentuknya sama dengan arca Buddha, diduga daerah-daerah di Indonesia yang telah dipengaruhi unsur Buddha antara lain :

1.   Daerah Sempaga, Sulawesi Selatan

2.   Daerah Jember, Jawa Timur

3.   Daerah Bukit Siguntang, Sumatra Selatan

4.   Daerah Kota Bangun, Kalimantan Timur

5.   Kerajaan Melayu

6.   Kerajaan Sriwijaya

7.   Kerajaan Mataram Kuno

8.   Kerajaan Singhasari

9.   Kerajaaan Majapahit

Sementara itu, pengaruh Hindu diperkirakan muncul di Indonesia sekitar awal abad ke-5. Daerah-daerah yang dipengaruhinya yaitu :

1.   Kerajaan Kutai

2.   Kerajaan Tarumenegara

3.   Kerajaan Kalingga

4.   Kerajaan Kanjuruhan

5.   Kerajaaan Mataram Kuno

6.   Kerajaaan Kediri

7.   Kerajaan Singhasari

8.   Kerajaan Majapahit

9.   Kerajaan Sunda

10.  Kerajaan Bali

 

            Daerah-daerah yang tidak memperoleh pengaruh undur Hindu-Buddha di Indonesia antara lain Maluku dan sekitarnya, Pulau-pulau di Nusa Tenggara, serta Papua sekitarnya. Pengaruh Hindu-Buddha tidak masuk ke daerah-daerah tersebut dikarenakan jaraknya yang jauh dari pesisir (pantai) sehingga sulit dijangkau para musafir (pedagang) yang sebagian besar  melalui laut.






BAB III

PENUTUP

 

A.  SIMPULAN

Masuknya agama Hindu Buddha ke Indonesia secara pasti belum diketahui. Tetapi pada tahun 400 M dipastikan agama Hindu Budha telah berkembang di Indonesia. Terdapat beberapa pendapat atau teori tentang pembawa agama Hindu Budha ke Indonesia. Teori-teori itu adalah sebagai berikut 

a.                   Teori Brahmana, menyatakan bahwa penyebaran pengaruh Hindu ke Indonesia dibawa kaum Brahmana. 

b.                  Teori ksatria, menyatakan bahwa penyebar pengaruh Hindu ke Indonesia adalah orang-orang India yang berkasta ksatria. Di Indonesia mereka kemudian mendirikan kerajaan-kerajaan serta menyebarkan agama Hindu.

c.                   Teori Waisya, menyatakan bahwa penyebar agama Hindu ke Indonesia adalah orang-orang india yang berkasta Waisya. Para penyebaran pengaruh Hindu itu terdiri atas para pedagang dari India. 

d.                  Teori Arus Balik, menyatakan bahwa para penyebar pengaruh Hindu ke Indonesia adalah orang-orang Indonesia sendiri. Mereka mula-mula diundang atau datang sendiri ke India untuk belajar Hindu. Setelah mengusai ilmu tentang agama Hindu, mereka kemudian kembali ke Indonesia dan menyebarkan pengaruh Hindu di Indonesia. 

            Kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara ialah Kerajaan Kadiri, kerajaan kalingga, kerajaan Kutai Martadipura, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Melayu, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Wangas Warmadewa, Kerajaan Medan Kamulang, dan Singaari.

 

B.  SARAN

Mungkin inilah yang diwacakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kami mampu mengimplementasikan. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karena kami punya kekhilafan dan perlu banyak belajar lagi.Dan kami juga butuh saran/kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk kami belajar menjadi lebih baik dari sebelumnya. 



DAFTAR PUSTAKA

 

Kartodirjo, Sartono..1977.Sejarah nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Misati, Wari.2011.Kerajaan-kerajaan di Nusantara.Jakarta:Be Champion.

Muljana, Slamet.2011. Sriwijaya. Yogyakarta:LKis Yogyakarta.

Purawoto.2017.Seri IPS Sejarah.Jakarta:Yudhistira Ghalia Indonesia.

Sudrajat.2012.Sejarah Indonesia masa Hindu Budha.Yogyakarta.

Tanudirjo, Daud Aris..2012.Indonesia dalam arus sejarah.Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.

Utomo, Bambang Budi.2016.Pengaruh Kebudayaan India dalam Bentuk Arca di Sumatera. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan.

Yusnaldi, Eka.2019.Kemasyarakatan Materi IPS di MI.Medan:Perdana Publishing.






Artikel Terkait

Comments

© SOURCESPAGE Design by Seo v6