KATA PENGANTAR
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang turut berpartisipasi langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian makalah ini.. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang turut memberikan dukungan baik berupa materil maupun moril.
Penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat berbagai kekurangan
dan kesilapan baik dalam hal penulisan maupun isi. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian yang bersifat
membangun yang bisa menjadi bahan acuan dan pertimbangan bagi penulis untuk
kesempurnaan makalah ini dikemudian harinya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar
Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan
Penulisan.................................................................................................... 1
D. Manfaat
Penulisan .................................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................ 3
1.
Sistem Koloid dalam Pengelompokan Campuran ............................................. 3
2. Macam-macam Koloid dan Pengelompokannya ................................................. 4
3. Beberapa Macam Koloid dan Penggunaannya .................................................... 6
4. Sifat-Sifat Koloid ........................................................................................................ 7
5. Koagulasi .................................................................................................................. 10
6. Koloid
dalam Kehidupan Sehari-hari .................................................................. 15
BAB III PENUTUP
......................................................................................................... 17
1. Kesimpulan
............................................................................................................... 17
2. Saran
......................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Sistem
koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup berbagai
bidang. Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum
digunakan oleh tubuh,terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid, dan
protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari ini,
sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat,
tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata. Misalnya saja saat kita
membuat susu, serbuk atau tepung susu bercampur secara merata dengan air panas.
Kemudian, es krim yang biasa kita konsumsi, mempunyai rasa yang beragam, es
krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Semua itu
merupakan contoh sistem koloid.
Udara juga
mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur)
dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang
disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam
tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan
sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air
dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu
belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah juga merupakan sistem
koloid.
2. Rumusan
Masalah
1. Apa itu
koloid ?
2. Apa saja
jenis-jenis koloid ?
3. Bagaimana
penggunaan koloid ?
4. Apa saja
sifat-sifat koloid ?
5. Bagaimana
cara memurnikan koloid dari partikel yang tidak dibutuhkan ?
6. Apa saja
contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari ?
3. Tujuan
Penulisan
Menjelaskan
apa itu koloid.
Menjelaskan
macam-macam koloid.
Menjelaskan
penggunaan koloid.
Menjelaskan
sifat-sifat koloid.
Menjelaskan
cara membuat koloid.
Menjelaskan
cara memurnikan koloid dari partikel yang tidak dibutuhkan.
Menjelaskan
contoh-contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari.
4. Manfaat
Penulisan
1. Agar dapat
mengetahui dan memahami apa itu koloid.
2. Agar dapat
mengetahui macam-macam koloid.
3. Agar dapat
mengetahui penggunaan koloid.
4. Agar dapat
mengetahui sifat-sifat koloid.
5. Agar dapat
mengetahui cara membuat koloid.
6. Agar dapat
mengetahui cara memurnikan koloid.
7. Agar dapat
mengetahui contoh-contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
Koloid
adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm. Contoh : mayones dan cat, mayones
adalah campuran homogen di air dan minyak dan cat adalah campuran homogen zat
padat dan zat cair.
1. Sistem Koloid Dalam
Pengelompokkan Campuran
Sistem
koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara campuran
homogen (larutan) dan heterogen (suspensi). Dengan kata lain, campuran koloid
merupakan bentuk peralihan campuran dari heterogen menjadi homogen.
Pada
dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, dan unsur-unsur pembentuk campuran
itu sudah menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja campuran itu tidak dibentuk
oleh sebaran-sebaran molekuler, melainkan berupa gabungan dari beberapa
molekul. Namun karena bentuknya sangat kecil, gabungan-gabungan molekul itu
sulit dikenali lagi.
Untuk membedakan sistem koloid dengan sistem
pemcapuran lainnya, perhatikanlah tabel berikut!
LARUTAN |
KOLOID |
SUSPENSI |
Terdiri atas satu fasa |
Terdiri atas satu fasa |
Terdiri atas dua fasa |
Homogen |
Homogen |
Heterogen |
Jernih |
Keruh |
Keruh |
Tidak memisah jika didiamkan |
Tidak memisah jika didiamkan |
Memisah jika didiamkan |
Tidak dapat disaring |
Dapat disaring |
Dapat disaring |
Tidak dapat diamati |
Dapat diamati dengan mikroskop ultra |
Dapat diamati dengan mikroskop biasa |
Diameter partikel < 10-7 cm. |
Diameter partikel 10-7 - 10-5 cm. |
Diameter partikel > 10-5cm. |
Penulisan A (aq) |
Penulisan A (s) |
Penulisan A (s) |
2. Macam-macam Koloid dan Pengelompokkannya
Sistem
koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi (fase dalam)
dan fase pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat
pendispensi. Sementara itu, zat yang fasenya berubah merupakan zat
terdispensi.
Berdasarkan
fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas tiga bagian, yaitu koloid sol,
emulsi, dan buih.
1. Sol ialah koloid dengan
zat terdispersinya fase padat.
2. Emulsi ialah koloid dengan zat
terdispersinya fase cair.
3. Buih ialah koloid dengan zat
terdispersinya fase gas.
Berdasarkan fase mediumnya, sol, emulsi, dan buih
masih terbagi atas beberapa jenis
1. KOLOID SOL
Koloid sol terdiri atas bagian-bagian berikut:
a. Sol padat (padat-padat)
Sol padat ialah jenis koloid dengan zat
fase padat terdispersi dalam zat fase padat. Contoh: logam paduan, kaca
berwama, intan hitam, dan baja.
b. Sol cair (padat-cair)
Sol cair ialah jenis koloid dengan zat
fase padat terdispersi dalam zat fase cair. Berarti, Hal ini berarti zat
terdispersi fase padat dan medium fase cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji.
c. Sol gas (padat-gas)
Sol gas (aerosol padat) ialah koloid dengan zat fase
padat terdispersi dalam zat fase gas. Hal ini berarti zat terdispersi fase
padat dan medium fase gas. Contoh: asap dan debu.
2. KOLOID EMULSI
Koloid emulsi terbagi ke dalam tiga jenis, yakni
sebagai berikut:
a. Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel) ialah
koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Hal ini berarti
zat terdispersi fase cair dan medium fase padat. Contoh: mentega, keju, jeli,
dan mutiara.
b. Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi) ialah koloid dengan
zat fase cair terdispersi dalam zat fase cair. Hal ini berarti zat terdispersi
fase cair dan medium fase cair. Contoh: susu, minyak ikan, dan santan kelapa.
c. Emulsi gas (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol cair) ialah koloid
dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas. Hal ini berarti zat
terdispersi fase cair dan medium fase gas. Contoh: obat-obat insektisida
(semprot), kabut, dan hair spray.
3. KOLOID BUIH
Kolodi buih erdiri atas dua jenis, , yaitu sebagai
berikut:
a. Buih padat (gas-padat)
Buih padat ialah koloid dengan zat fase gas
terdispersi dalam zat fase padat. Hal ini berarti zat terdispersi fase gas dan
medium fase padat. Contoh: busa jok dan batu apung.
b. Buih cair (gas-cair)
Buih cair (buih) ialah koloid dengan zat fase gas
terdispersi dalam zat fase cair. Berarti, zat terdispersi faso gas dan medium
fase cair. Contoh: buih sabun, buih soda, dan krim kocok
Klasifikasi di atas dapat pula disusun dalam delapan
pola penggolongan, yakni seperti dalam tabel berikut.
No |
Fase Terdispersi |
Fase Pendispersi |
Nama Koloid |
Contoh |
1 |
Gas |
cair |
buih, deterjen |
buih sabun, shampoo, krim kocok |
2 |
Gas |
padat |
busa padat |
karet busa, batu apung |
3 |
cair |
gas |
aerosol cair |
kabut |
4 |
cair |
cair |
emulsi |
susu, santan, minyak ikan, es krim |
5 |
cair |
padat |
emulsi padat |
mutiara, jeli, keju |
6 |
padat |
gas |
aerosol padat |
asap |
7 |
padat |
cair |
sol |
cat, tinta, larutan agar-agar |
8 |
padat |
padat |
sol padat, logam |
kaca berwarna, campuran |
3. Beberapa Macam Koloid Dan
Penggunaannya
Ada banyak
penggunaan sistem koloid baik di dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam berbagai industri seperti industri kosmetik, makanan,
farmasi dan sebagainya. Beberapa macam koloid tersebut antara lain :
1. Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid di mana partikel
padat atau cair terdispersi dalam gas. Aerosol yang dapat kita
saksikan di alam adalah kabut, awan, dan debu di udara. Dalam industri modern,
banyak sediaan insektisida dan kosmetika yang diproduksi dalam bentuk
aerosol, dan sering kita sebut sebagai obat semprot, Contohnya antara
lain adalah hair spray, deodorant dan obat nyamuk.
2. Sol
Sol adalah sistem koloid di mana partikel padat
terdispersi dalam cairan. Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel padat
terhadap cairan pendispersi, kita mengenal dua macam sol;
a. Sol liofil, dimana
partikel-partikel padat akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga
terbentuk suatu selubung di sekeliling partikel padat itu. Liofil artinya
“cinta cairan” (Bahasa Yunani; lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil yang
setengah padat disebut gel. Contoh gel antara lain selai dan gelatin. Ciri-ciri
sol liofil :
Dapat
dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium
terdispersinya
Mempunyai
muatan yang kecil atau tidak bermuatan
Partikel-partikel
sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses solvasi/
hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di
sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling
bergabung
Viskositas
sol liofil > viskositas medium pendispersi
Tidak
mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
Reversibel,
artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi, kemudian
dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya.
Memberikan
efek Tyndall yang lemah
Dapat
bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali
b. Sol liofob, dimana
partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul cairan. Liofib artinya
“takut cairan” (phobia=takut). ). Contoh koloid liofob adalah sol sulfida
dan sol logam. Ciri-cirinya :
Tidak
dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendisperinya
Memiliki
muatan positif atau negative
Partikel-partikel
sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel diperoleh
dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
Viskositas
sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
Mudah
menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan
Irreversibel
artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol
Memberikan efek Tyndall yang jelas
Akan bergerak ke anode atau katode,
tergantung jenis muatan partikel
Jika medium pendispersinya berupa air, kedua macam
koloid di atas masing-masing disebut koloid hidrofil (cinta air) dan koloid
liofob (takut air). Contoh koloid hidrofil adalah kanji, protein, lem, sabun,
dan gelatin. Adapun contoh koloid hidrofob adalah sol-sol sulfide dan sol-sol
logam.
3. Emulsi
Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat
terdispersi dan medium pendispersi sama-sama merupakan cairan. Agar terjadi
suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat pengemulsi (emulgator). Susu
merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai emulgatornya.
Obat-obatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan
dipanaskan dalam bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang
dalam bentuk semipadat disebut krim.
4. Sifat-sifat Koloid
1. Efek Tyndall
Sifat pengahamburan cahaya oleh koloid di temukan
oleh John Tyndall, oleh karena itu sifat ini dinamakan Tyndall.
Efek dari Tyndall digunakan untuk membedakan system koloid dari larutan sejati,
contoh dalam kehidupan sehari – hari dapat diamati dari langit yang tampak
berwarna biru atau terkandang merah/oranye.
Selain itu contoh lainnya adalah pada koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7,
maka sinar dihamburkan oleh system koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan
sejati hal ini dapat dilihat terdapat berkas sinar pada larutan. Larutan koloid
kanji memiliki partikel-partikel koloid relatif besar untuk dapat menhamburkan
sinar dan sebaliknya Na2Cr2O7 memiliki
partikel-partikel yang relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi sedikit
kecil dan sulit diamati.
2. Gerak Brown
Dibawah mikroskop ultra, partikel koloid akan tampak
sebagai titik cahaya. Jika pergerakan titik cahaya atau partikel tersebut
diikuti, partikel itu bergerak terus-menerus dengan gerakan zigzag. Hal ini
pertama kali diamati oleh Robert Brown (1773-1858), seorang ahli botani inggris
pada tahun 1827. Ia sedang mengamati butiran sari tumbuhan pada permukaan air
dengan mikroskop. Partikel koloid dalam medium pendispersinya disebut gerak
brown. Gerak brown dapat diuraikan sebagai berikut: Partikel –
partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut bersifat acak seperti
pada zat cair dan gas. Sistem koloid dengan medium pendipersi zat cair atau
gas, partikel-partikel menghasilkan tumbukan. Tumbukan tersebut berlangsung
dari segala arah. Partikel koloid cukup kecil, tumbukan cenderung tidak
seimbang. Dan menyebabkan perubahan arah partikel sehingga terjadi gerak zigzag
atau gerak brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak brown. Semakin besar
ukuran partikel, semakin lambat gerak brown.
Gerak Brown dipengerahui oleh suhu. Semakin tinggi
suhu system, koloid, semakin besar energi kinektik yang dimiliki partikel
medium. Akibatnya, gerak Brown dari partikel fase terdispersinya semakin cepat.
Semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3. Adsorpsi koloid
Partikel sol
padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau gas akan
terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi adsorpsi terkait dengan
penyerapan partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan
untuk mengadsorpsi partikel pendispersi pada permukaanya. Daya adsorpsi
partikel koloid tergolong besar Karenna partikelnya memberikan sesuatu permukaan
yang luas. Sifat ini telah digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan
air.
4. Muatan koloid sol
Sifat koloid
terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid memiliki muatan
sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel
koloid. Partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan
pada sistem koloid. Sistem koloid secara keseluruhan bersifat netral.
a. Sumber muatan koloid sol
Partikel-partikel koloid mendapat mutan listrik
melalui dua cara, yaitu dengan proses adsorpsi dan proses ionisasi gugus
permukaan partikelnya.
- Proses adsorpsi
Partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel bermuatan
dari fase pendispersinya. Jenis muatan tergantung dari jenis partikel yang
bermuatan. Partikel sol Fel (OH)3 kemampuan untuk mengadsorpsi
kation dari medium pendisperinya sehingga bermuatan positif, sedangkal partikel
sol As2S3 mengadsorpsi anion dari medium
pendispersinya sehingga bermuatan negatif. Sol AgCI dalam medium pendispersi
dengan kation Ag+ berlebihan akan mengadsorpsi Ag+ sehingga
bermuatan positif. Jika anion CI- berlebih, maka sol AgCI akan
mengadsorpsi ion CI- sehingga bermuatan positif.
- Proses ionisasi gugus permukaan partikel
Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses
ionisasi gugus-gugus yang ada pada permukaan partikel koloid.
A Koloid protein
Koloid protein adalah jenis koloid sol yang mempunyai
gugus yang bersifat asam (-COOH) dan biasa (-NH2). Kedua gugus ini
dapat terionisasi dan memberikan muatan pada molekul protein.
Pada ph rendah , gugus basa –NH2 akan menerima proton dan
membentuk gugus –NH3. Ph tinggi, gugus –COOH akan mendonorkan proton
dan membentuk gugus –COO-. Pada pH intermediet partikel protein bermuatan
netral karena muatan –NH3+ dan COO- saling meniadakan.
A Koloid sabun dan deterjen
Pada konsentrasi relatif pekat, molekul ini dapat
bergabung membentuk partikel berukuran koloid yang disebut misel. Zat yang
molejulnya bergabung secara spontan dalam suatu fase pendispersi dan membentuk
partikel berukuran koloid disebut koloid terasosiasi.
Sabun adalah garam karboksilat dengan rumus R-COO-Na+.
Anion R-COO- terdiri dari gugus R- yang bersifat non pola. Gugus R- atau ekor
non-polar tidak larut dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat.
b. Kestabilan koloid
Muatan partikel koloid adalah sejenis cenderung karena
sering tolak-monolak.
c. Lapisan bermutar ganda
Permukaan partikel Koloid mendapat muatan bahwa
partikel-partikel. lapisan bermuatan listrik ini selanjutnya akan menarik
ion-ion dengan
Permukaan lapisan ganda ini mengikuti model Helmoslzt. Sekarang model yang
lebih akurat adalah :
Lapisan padat : koloid menarik ion-ion dengan muatan
yang berlawanan.
Lapisandifusi : merupakan lapisan dimana muatan berlawanan dari medium
pendispersi difusi.
d. Elektroforesis
Partikel koloid sol bermuatan listrik, maka partikel
ini akan bergerak dalm medan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan
listrik disebut elektrofesis.
Femonema elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan partikel
koloid.
5. Koagulasi
Partikel-partikel koloid yang bersifat stabil karena
memiliki muatan listrik sejenis. Apabila muatan listrik itu hilang , maka
partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses penggumpalan
partikel koloid dan pengendapannya disebut Koagulasi. Koagulasi biasa digunakan
untuk perebusan telur, pembuatan yoghurt, tahu, lateks, penjernihan air sungai,
pembentukan delta, dan pengolahan asap atau debu. Penghilangan muatan listrik
pada partikel koloid ini dapat dilakukan empat cara yaitu :
a. Menggunakan prinsip
elektroforesis
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel
koloid yang bermuatan ke electrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel
mencapai electrode, maka partikel akan kehilangan muatannya.
b. Penambahan koloid lain dengan
muatan berlawanan
Sistem koloid bermuatan positif dicampur dengan sistem
koloid lain yang bermuatan negatif, kedua koloid tersebut akan saling
mengadsorpsi menjadi netral maka terbentuk kogulasi.
c. Penambahan elektrolit
Elektrolit ditambahkan kedalam sistem koloid maka
partikel koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif dari
elektrolit. Partikel koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif
dari elektrolit. Menyebabkan partikel koloid tersebut dikelilingi lapisan kedua
yang memiliki muatan berlawanan.
d. Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah
tumbukan antara partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah
banyak. Menyebabkan lepasnya elekrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid.
6. Koloid pelindung
Ukuran partikel koloid berada di antara partikel
larutan dan suspensi, karena itu cara pembuatannya dapat dilakukan dengan
memperbesar partikel larutan atau memperkecil partikel suspensi. Maka dari itu,
ada dua metode dasar dalam pembuatan iystem koloid sol, yaitu:
- Metode kondensasi yang merupakan
metode bergabungnya partikel-partikel kecil larutan sejati yang membentuk
partikel-partikel berukuran koloid.
- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel
besar sehingga menjadi partikel-partikel berukuran koloid.
5. Pembuatan
Koloid Sol
Ukuran
partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu cara
pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil
partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem
koloid sol, yaitu:
- Metode kondensasi yang merupakan
metode bergabungnya partikel-partikel kecil larutan sejati yang membentuk
partikel-partikel berukuran koloid.
- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya
partikel-partikel besar sehingga menjadi partikel-partikel berukuran koloid.
1. Metode kondensasi
Pembuatan koloid sol dengan metode ini pada umumnya
dilakukan dengan cara kimia (dekomposisi rangkap, hidrolisis, dan redoks) atau
dengan penggatian pelarut. Cara kimia tersebut bekerja dengan menggabungkan
partikel-partikel larutan (atom, ion, atau molekul) menjadi pertikel-partikel
berukuran koloid.
a. Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S
dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3 dingin
sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning
terang: As2O3 (aq) + 3H2S(g) → As2O3 (koloid)
+ 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya
menyerap ion S2)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan
larutan HCl encer: AgNO3 (ag) + HCl(aq) → AgCl
(koloid) + HNO3 (aq)
b. Reaksi hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Misalanya:
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan
memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam
air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) → Fe(OH) 3 (koloid)
+ 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap
ion H+)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al
dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) → Al(OH) 3 (koloid)
+ 3HCl(aq)
c. Reaksi reduksi-oksidasi
(redoks)
Misalnya:
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan
melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) +
HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang
terlarut dalam air dengan mengalirinya gas H2S ; 2H2S(g) +
SO2 (aq) →3S(s) + 2H2O(l)
d. Penggatian pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi
sehingga fasa terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi
berukuran koloid. Misalnya:
- untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam
air tetapi mudah larut dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi
air, belarang harus terlenih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru
kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi
sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi
pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.
- Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam
etanol, mula-mula dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam
larutan tersebut ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah
koloid kalsium asetat.
2. Metode Dispersi
Metode ini melibatkan pemecahan partikel-partikel
kasar menjadi berukuran koloid yang kemudian akan didispersikan dalam medium
pendispersinya. Ada 3 cara dalam metode ini, yaitu:
a. Cara Mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel
kasar zat padat dengan proses penggilingan untuk dapat membentuk
partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa
disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:
- industri makanan untuk membuat jus buah, selai,
krim, es krim,dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen,
dsb.
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan
zat pewarna.
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan
kertas.
Sistem kerja alat penggilingan koloid:
Alat ini memiliki 2 pelat baja dengan arah rotasi yang
berlawanan. Partikel-partikel yang kasar akan digiling melalui ruang antara
kedua pelat baja tersebut. Kemudian, terbentuklah partikel-partikel berukuran
koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya untuk membentuk
sistem koloid. Contoh kolid yang dibuat adalah; pelumas, tinta cetak, dsb.
b. Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid
dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan
dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat
berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut
tertentu.
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ;
endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
- Sol Fe(OH)3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang
baru terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian
dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan positif
- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut
tertentu dan membnetuk sistem kolid. Contohnya; gelatin dalam air.
c. Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat
sol-sol logam, sperti Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah
menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian
kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin)
sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi
loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya
kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin, sehingga hasil
kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi
partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode ini dikategorikan sebagai
metode dispersi.
d. cara ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu
sama-sama berfungsi dalam pembuatan sol logam. Kalau busur Bredig menggunakan
arus listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi
berfrekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.
6. Pemurnian
Koloid Sol
Seringkali
terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu pembuatan suatu
sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan atau dimurnikan
guna menjaga kestabilan koloid. Ada beberapa metode pemurnian yang dapat
digunakan, yaitu:
1. Dialisis
Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari
muatan-muatan yang menempel pada permukaannya. Pada proses dialisis ini
digunakan selaput semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan molekul – molekul kecil
melalui selaput semipermiabel disebut dialysis. Suatu koloid biasanya bercampur
dengan ion-ion pengganggu, karena pertikel koloid memiliki sifat mengadsorbsi.
Pemisahan ion penggangu dapat dilakukan dengan memasukkan koloid ke dalam
kertas/membran semipermiabel (selofan), baru kemudian akan dialiri air yang
mengalir. Karena diameter ion pengganggu jauh lebih kecil daripada kolid, ion
pengganggu akan merembes melewati pori-pori kertas selofan, sedangkan partikel
kolid akan tertinggal.
Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel
koloid dan zat terlarut dijadikan dasar bagi pengembangan dialisator. Salah
satu aplikasi dialisator adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita
gagal ginjal. Jaringan ginjal bersifat semipermiabel, selaput ginjal hanya
dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan
partikel-partikel kolid seperti sel-sel darah merah.
2. Elektrodialisis
Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di
bawah pengaruh medan listrik. Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan
melalui dua layer logam yang menyokong selaput semipermiabel. Sehingga
pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak
menuju elektrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medanlistrik
akanmempercepat proses pemurnian sistem koloid.
Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan
partikel-partikel zat terlarut elektrolit karena elektrodialisis melibatkan
arus listrik.
3. Penyaring Ultra
Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa
seperti kertas saring, karena pori-pori kertas saring terlalu besar
dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut. Tetapi, bila kertas saring
tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas
akan sering berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi tersebut disebut
penyaring ultra.
Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra
ini termasuklambat, jadi tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini.
Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di kertas saring.
Partikel-partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan
menggunakan penyaring ultra bertahap.
7. Koloid Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Sifat karakteristik kolid yang penting, yaitu sangat
bermanfaat untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara
homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar. Oleh karena sifat
tersebut, sistem koloid menjadi banyak kita jumpai dalam industri (aplikasi
koloid untuk produksi cukup luas). Tetapi selain industri, sistem koloid juga
banyak dapat kita jumpai dsalam kehidupan kita sehari-hari, contohnya saja di
alam, kedokteran, pertanian, dsb;
Penggumpalan
darah
Darah mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan
negative. Jika terdapat luka kecil, maka luka tersebut dapat doibati dengan
pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al+3 dan Fe+3, dimana ion-ion
tersebut akan membantu menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein
danmembnatu penggumpalan darah.
Pembentukan
delta di muara sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir
dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+,
Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika air
sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan
muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk
suatu delta.
Pengambilan
endapan pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses
industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel
koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik
yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel
koloid.
Pemutihan
gula
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan
dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel
koloid kemudian akan mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang
masih berwarna dapat diputihkan.
Penjernihan
Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung
partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang
bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum,
harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat
dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion
Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis
membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui
reaksi: Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+ .
Setelah itu, Al(OH)3menghilangkan muatan-muatan negatif dari
partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur
tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh
gravitasi.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Koloid
adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
Sistem
koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara campuran
homogen (larutan) dan heterogen (suspensi).
Sistem
koloid terdiri atas dua fase yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase
pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat
pendispensi. Sementara itu, zat yang fasenya berubah merupakan zat
terdispensi.
Sifat-sifat
Koloid yaitu : efek tyndall, gerak brown, adsorpsi koloid,muatan
koloid sol, koagulasi, dan koloid pelindung.
Cara
pembuatan sistem koloid dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan
atau memperkecil partikel suspensi. Ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem
koloid sol, yaitu:
- Metode kondensasi
- Metode dispersi
Untuk
pertikel-partikel yang mngganggu pembuatan sistem koloid, digunakan metode pemurnian yaitu:
dialisis, elektrodialisis, dan penyaring ultra.
2. Saran
Sebaiknya dalam memanfaatkan penerapan sistem koloid
ini, kita harus tetap berpegang teguh pada prinsip agar apapun yang nantinya
akan kita lakukan tidak melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat
sertabtidak merugikan pihak lain. Dengan begitu semua pihak akan merasa
diuntungkan oleh apa yang kita lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/Tega%20rQ/index.html
http://www.google.co.id/search?q=gambar
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://sistemkoloid.tripod.com/kegunaan.htm
http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/38/koloid
http://user.cbn.net.id/johanoni/koloid.htm
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas_x/koloid/.
http://romdhoni.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/7578/
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Citra060150/index.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
Parning,
dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta :Yudhistira
Suharsini,
Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa Exact.
Theory
and Application of Chemistry 2 for Grade XI Senior high school and islamic
senior high school. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Comments
Post a Comment